Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI) Kota Balikpapan menggelar pelatihan peningkatan kemampuan editor jurnalistik dengan tema "Tingkatkan SDM Handal & Berkualitas", pada Kamis (22/10/2020) di Hotel Mega Lestari Balikpapan.

KWRI Kota Balikpapan Gelar Pelatihan Peningkatan Kemampuan Editor Jurnalistik

ANALITIK.CO.ID, BALIKPAPAN - Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI) Kota Balikpapan menggelar pelatihan peningkatan kemampuan editor jurnalistik dengan tema "Tingkatkan SDM Handal & Berkualitas", pada Kamis (22/10/2020) di Hotel Mega Lestari Balikpapan.

Pada kegiatan ini dihadiri Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, Wakil Ketua DPRD Balikpapan Sabaruddin Panrecalle, Ahmad Basir, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan Muhaimin, beserta jajaran lainnya, serta perwakilan belasan media di Kota Balikpapan.

Dalam kegiatan ini juga dihadiri Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, ia meminta wartawan harus berhati-hati dalam membuat berita karena adanya Undang-Undang ITE, pencemaran nama baik, hingga kode etik jurnalistik.

"Pelatihan ini sangat penting untuk meningkatkan kemampuan. Berita itu lengkap atau tidak lengkap, salah atau tidak salah, menarik atau tidak menarik itu ada di lingkungan editor ini yang terpenting," kata Rizal Effendi saat memberikan sambutan sekaligus meresmikan acara ini.

Ketua KWRI Kota Balikpapan Eddy Supardi, mengibaratkan perahu sebuah media ini sama dengan sebuah restoran yang harus memiliki juru masak atau seorang editor yang peka dalam pembuatan sebuah berita.

"Media itu sama dengan restoran, editor adalah kokinya, sehebat apapun restoran itu kalau juru masaknya kurang canggih maka tidak akan ada pembelinya. Sama dengan media," kata Eddy.

Wartawan Senior Kalimantan Timur Sjarifuddin HS, yang mengisi materi dalam kegiatan ini menekankan beberapa poin dalam penyuntingan berita dalam jurnalistik, yakni memeriksa akulturasi dan akulturasi kalimat, memeriksa tata bahasa, struktur berita, mencermati gaya penulisan, merencanakan naskah berita yang akan diterbitkan, menyetujui postingan naskah berita, memberi saran pada design cover, dan juga mengatur deadline.

"Editor itu harus lebih mengerti daripada wartawannya, editor harus mengerti berita tersebut," kata Sjarifuddin. (*)


Artikel Terkait