Tindak pidana pencurian memang kerap terjadi di Kota Tepian. Namun pencurian kali ini tak seperti umumnya, sebab dua pelaku yang berhasil dibekuk Unit Eksus Satreskrim Polresta Samarinda pada Senin (8/3/2021) pukul 22.00 Wita malam kemarin terbukti melakukan tindak pidana pencurian data guna melakukan registrasi provider sim card.

Pelaku Pemalsuan Data Kartu Perdana Berhasil Ditangkap, Polisi Sita 66 Ribu Kartu Perdana

ANALITIK.CO.ID, SAMARINDA - Tindak pidana pencurian memang kerap terjadi di Kota Tepian. Namun pencurian kali ini tak seperti  umumnya, sebab dua pelaku yang berhasil dibekuk Unit Eksus Satreskrim Polresta Samarinda pada Senin (8/3/2021) pukul 22.00 Wita malam kemarin terbukti melakukan tindak pidana pencurian data guna melakukan registrasi provider sim card. 

Pencurian dan pemalsuan data sim card ini diduga memiliki hubungan dengan para pelaku penipu bermodus "mama minta pulsa". Kedua pelaku yang diamankan ialah JC (37) selaku pemilik konter ponsel J Cell di Jalan KS Tubun, Kecamatan Samarinda Ulu dan AF (21) yang merupakan karyawannya. 

Dari bilik konter ponsel itu, pelaku telah melakukan pemalsuan data registrasi salah satu provider telekomunikasi ternama berbendera merah sejak 2018 lalu. Dari tangan kedua pelaku, sedikitnya polisi menyita barang bukti berupa 66 ribu kartu perdana, yang mana 50 ribu di antaranya telah teregistrasi dengan data palsu yang dibeli JC melalui sindikat lain secara online dengan nilai Rp200 per datanya. 

Untuk melancarkan aksinya, JC dan AF menggunakan beberapa alat bantu, seperti mesin modem pool, yang dapat meregistrasi kartu perdana secara massal.

"Alat itu nanti dimasukan kartu perdana, kemudian disambungkan ke flashdisk berisi data yang hendak diplasukan melalui CPU. Untuk mengkawinkan data dengan sim card mereka menggunakan aplikasi Smart ACT," beber Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Arif Budiman, melalui Kasat Reskrim, Kompol Yuliansyah, Rabu (10/3/2021) siang tadi. 

Dari kerja keduanya setiap hari diperkirakan, mereka mampu melakukan registrasi sim card hingga 1.000 kartu yang dijual seharga  Rp10 ribu, hingga Rp20 ribu per buahnya. 

"Kalau nomornya cantik harganya Rp20ribu. Tapi kalau biasa aja harganya Rp10 ribuan," tambahnya. 

Kendati demikian, lanjut Yuliansyah, sampai saat ini pihaknya masih belum mencurigai adanya unsur keterlibatan pihak provider kartu perdana yang data registrasinya dipalsukan kedua pelaku. 

"Nanti kami tetap panggil pihak provider untuk kesaksiannya. Kalau memang ada indikasi dan temuan pasti kami proses," tegasnya. 

Selain pihak provider, jajaran Korps Bhayangkara saat ini juga akan mendalami sindikat penjual data yang dibeli pelaku melalui online. 

"Tindakan yang mereka lakukan (AF dan JC) itu tentu dapat menimbulkan dan dilakukan untuk kejahatan. Seperti halnya penipuan-penipuan melalui sambungan telepon. Hal ini sangat merugikan, apalagi yang identitasnya digunakan untuk meregistrasi sim card tersebut," pungkasnya. (*)


Artikel Terkait