Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menegaskan terpenuhinya aspek kehalalan kandidat vaksin covid-19 dari perusahaan asal China, Sinovac, belum menjamin bahwa vaksin tersebut aman dan menangkal virus di tubuh.

Tak Jamin Vaksin Sinovac Halal, Epidemiolog: Halal Tidak Ada Kaitan dengan Aman

ANALITIK.CO.ID - Berita Nasional yang dikutip ANALITIK.CO.ID tentang Vaksin Sinovac yang tak dijamin halal.

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menegaskan terpenuhinya aspek kehalalan kandidat vaksin covid-19 dari perusahaan asal China, Sinovac, belum menjamin bahwa vaksin tersebut aman dan menangkal virus di tubuh.

Halal dan aman, kata Dicky, merupakan dua hal yang berbeda dari proses pengadaan vaksin ini. 

Ia mengimbau agar masyarakat tidak termakan euforia dan tetap bersedia menunggu hingga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan vaksin.

"Jika dikatakan vaksin Sinovac halal belum tentu aman, ya betul, karena beda lagi halal dan aman. Halal tidak ada kaitan dengan aman dan efektifitas vaksin," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (27/11).

Dicky menjelaskan, aspek kehalalan vaksin dinilai dari bahan dasar pembuatan vaksin yang tidak menggunakan bahan yang diharamkan agama Islam, misalnya dari sari babi.

Sedangkan keamanan dan efikasi vaksin dilihat secara proses sains dari hasil uji coba klinis vaksin fase pertama hingga fase ketiga.

Menurut Dicky, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah melakukan penolakan atas vaksin, sebab zat-zat yang bersinggungan dengan pembuatan vaksin dinilai haram.

"Dari MUI sangat ketat, ketika meningitis vaksin untuk jemaah umroh di sekitar tahun 2012, MUI mengatakan haram. Ya sudah Bio Farma dan Kementerian Kesehatan akhirnya menghibahkan ke negara Kristen di Afrika," kata dia.

Lebih lanjut, Dicky pun mengapresiasi upaya BPOM yang sudah berusaha untuk transparan dan tidak buru-buru mengeluarkan Otorisasi Penggunaan Darurat (EUA). 

Ia juga mengharapkan kandidat vaksin Sinovac dapat berjalan dengan aman dan sukses dalam proses pengadaan.

Sebab, Dicky menilai sejauh ini belum ada laporan terkait efek samping yang parah dari hasil uji coba klinis fase ketiga di Bandung, Jawa Barat.

Sedangkan menurut penelitian, lanjut Dicky, Sinovac juga disebut memiliki efektivitas yang bagus dan lebih lengkap proteksinya untuk penggunaan dalam tubuh manusia, sebab Sinovac menggunakan metode pelemahan virus.

"Ini hal bagus, pemerintah tidak lagi buru-buru. BPOM juga bekerja dengan bagus, artinya dia memantau dan memastikan proses by science bukan karena politik," pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan vaksin virus corona dari Sinovac telah memenuhi syarat untuk mendapat label halal dari MUI usai diperiksa aspek kehalalannya.

Kendati demikian, Penny mengaku pihaknya belum memberikan EUA bagi vaksin Covid-19 Sinovac meski sudah mendapat data aspek keamanan, khasiat dan mutu vaksin. 

BPOM, kata Penny, masih dan akan terus memantau perkembangan uji klinis vaksin Sinovac dalam tiga bulan ke depan.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio pun mengatakan dengan lolos uji klinis fase 1 dan 2, kandidat vaksin asal China itu sudah memenuhi persyaratan terkait dengan keamanan dan efikasi dalam jumlah subjek penelitian terbatas. (*)

Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul "Epidemiolog Ingatkan Vaksin Sinovac Halal Tak Jamin Aman", https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201127164505-20-575425/epidemiolog-ingatkan-vaksin-sinovac-halal-tak-jamin-aman


Artikel Terkait