Momen Lebaran biasanya diiringi kenakan harga emas, karena suplai yang tetap dihadapkan pada kenaikan permintaan karena Tunjangan Hari Raya (THR) tak jarang dipakai untuk membeli logam mulia ini.

Harga Emas Melemah di Momen Lebaran, Kok Bisa?

ANALITIK.CO.ID - Momen Lebaran biasanya diiringi kenakan harga emas, karena suplai yang tetap dihadapkan pada kenaikan permintaan karena Tunjangan Hari Raya (THR) tak jarang dipakai untuk membeli logam mulia ini.

Namun tahun ini ceritanya agak berbeda. Sepekan terakhir, harga emas di pasar nasional justru melemah sebesar 1,3%, seiring-sejalan dengan harga emas di pasar global yang tergerus 0,7%.

Harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada Jumat kemarin dipatok di Rp 916.000, turun Rp 12.000 per gramnya dibandingkan dengan posisi Jumat pekan lalu. Di sisi lain, harga emas dunia di level US$ 1.728,4 per troy ons, turun dari Jumat akhir pekan lalu pada US$ 1.741.

Mengawali pekan, harga emas Antam sempat ditutup menguat 0,65% ke level Rp 934.000 per gram, atau mengarah pada prediksi beberapa kalangan bahwa harga emas bisa menyentuh level Rp 1 juta per gram.

Di pasar spot global yang terjadi justru sebaliknya, harga logam mulia tersebut pada Senin malah melemah 0,5% karena saat itu bursa global masih dipenuhi eforia bahwa relaksasi karantina wilayah (lockdown) di beberapa negara bakal mempercepat pemulihan ekonomi.

Ketika ekonomi diyakini membaik, pemodal global pun mengalihkan investasi mereka dari aset aman tapi keuntungannya biasa saja seperti emas, menuju aset berisiko seperti saham.

Selanjutnya, harga emas global konsisten menguat hingga Rabu ke level US$ 1.749 per troy ons, dan baru terkoreksi ke level terendah sepekan pada Kamis di US$ 1.725,2 per troy ons. Mengakhiri pekan, pada Jumat harga emas dunia mengurangi koreksi dengan naik 0,18%.

Kenaikan terjadi di tengah makin panasnya hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China karena Presiden AS Donald Trump gusar dengan penanganan Covid-19 di China yang menurut dia gagal, sehingga memicu penyebaran virus tersebut ke seluruh dunia.

Belum lagi melihat eskalasi penempatan pesawat dan kapal tempur di Laut China Selatan serta rencana China mengenakan undang-undang keamanan baru di kawasan Hong Kong untuk menekan aktivis pro-demokrasi.

Prospek pemulihan ekonomi dunia bakal runyam jika kedua negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut berkonflik baik militer maupun ekonomi. Tidak heran, emas pun diburu sebagai aset lindung nilai (hedging).

Emas Antam Drop Usai Libur

Namun, hal berbeda terjadi di Indonesia. Harga emas Antam melemah pada Senin dan Selasa, lalu menguat 0,2% pada Rabu. Setelah libur sehari pada Kamis untuk merayakan Hari Raya Kenaikan Isa Almasih, harga emas Antam bablas ke zona merah pada Jumat, sebesar -1%.

Penurunan ini menunjukkan bahwa faktor lokal, yakni momen Lebaran, yang biasanya memicu kenaikan permintaan emas dan membantu mendongkrak harga, tahun ini tidak terjadi.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) alias lockdown parsial di tengah pandemi Covid-19 menekan ekonomi dan daya beli masyarakat, terutama di tengah laporan kenaikan jumlah pengangguran.

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran di Indonesia per Februari mencapai 6,9 juta orang. Padahal saat itu Covid-19 belum menginfeksi perekonomian. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) memperkirakan angka pengangguran bakal mencapai 10 juta orang akibat pandemi.

Di tengah situasi sulit tersebut, tidak heran jika permintaan emas cenderung menurun, karena yang mendapatkan THR kian sedikit. Mereka yang mendapat uang kaget tersebut pun pembelanjaannya bakal lebih ditujukan untuk keperluan konsumsi dan bukan investasi.

Bahkan, tak tertutup kemungkinan mereka melego emas yang sudah dimiliki untuk menutup kebutuhan Lebaran di tengah situasi yang penuh keprihatinan ini. Harga emas pun melempem di perdagangan Jumat, ketika harga global naik. (*)


Artikel ini telah tayang di cnbcindonesia.com dengan judul "Jelang Lebaran Harga Emas Turun, Tumben?"


Artikel Terkait