Virus corona tak pandang bulu, dapat menyerang siapa saja, pria, wanita, muda hingga tua.

Kisah Cynthia, Survivor Covid-19 yang Semakin Membaik

ANALITIK.ID - Virus corona tak pandang bulu, dapat menyerang siapa saja, pria, wanita, muda hingga tua. 

Siapa pun bisa tertular Covid-19. Maria Cynthia Jaya Cindy (22), seorang WNI yang terinfeksi virus corona dengan gejala ringan, mengisahkan pengalaman pribadinya berjuang melawan Covid-19. 

Ia merasakan gejala yang tak biasa saat terinfeksi virus corona pada 8 Maret 2020 lalu. Selain harus berjuang melawan SARS-CoV-2 yang menyerang saluran pernapasan itu, Cynthia juga menjelaskan tindakan yang pernah dilakukannya saat virus tersebut mulai "menjajah" sistem imunnya.

Gejala ringan 

Cerita bermula ketika, ia bersama keluarga harus menemai sang ayah ke Singapura untuk menjalani operasi mata pada 8 Maret 2020. Selama perjalanan dari Indonesia menuju Singapura, ia dan keluarga sangat menjaga waktu terbang dan tetap memakai masker serta tidak memegang apa pun untuk mengantisipasi penularan. Cynthia mengaku tertular virus tersebut saat berada di Indonesia. Waktu itu, ia merasakan tubuhnya menjadi merasa capek dan tenggorokan gatal. 

"Pertama-tama, saya merasa capek dan gatal tenggorokan, cuma saya pikir mungkin gara-gara kurang minum, karena memang betul persis banget perasaannya dan hari itu saya memang kurang minum," ujar Cynthia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/4/2020). 

Keesokan harinya, ia mengalami demam tinggi dengan suhu badan 38-39 derajat celsius, badan pegal-pegal, keringat dingin, dan sakit kepala berat. Gejala tersebut dirasakannya selama tiga hari, namun ia masih merasakan flu dan mulai kehilangan kemampuan indra pengecap dan indra penciuman.

"Saya enggak suspect saat itu karena tidak ada batuk-batuk, meler, hidung tersumbat, sakit tenggorokan. Tapi, memang semenjak demam mulai, saya hilang taste and smell, dan baru sadar itu agak aneh setelah tidak demam lagi," kata dia. 

Di saat muncul gejala hilangnya kemampuan indra pengecap dan indra penciuman tersebut, perempuan yang saat ini bekerja sebagai co-founder di NGO, Project Planet ini mengalami keringat berlebih dan tubuh lemas. Ketika tubuhnya merasakan dua gejala ringan tersebut, ia mengira hal tersebut merupakan salah satu proses recovery tubuh.

Batuk berdarah 

Pada hari ke-7, muncul gejala lain pada tubuhnya. Ia merasakan batuk-batuk, bahkan batuk tersebut sampai mengeluarkan sedikit darah yang bercampur dengan dahak. Dari gejala itulah ia mengira dirinya mengidap Covid-19. Kemudian, ia beristirahat di rumah (akomodasi) di Singapura, karena tidak terpikirkan bahwa ia terinfeksi Covid-19. Setelah mengetahui kondisi Cynthia, pihak keluarga belum mau merujuknya ke rumah sakit, lantaran memikirkan risikonya. 

Oleh karena itu, Cynthia melakukan isolasi mandiri di kamarnya dengan menggunakan masker untuk berjaga-jaga agar tidak menular ke keluarganya. Namun, tidak berselang lama, Cynthia akhirnya dirujuk ke salah satu RS di Singapura untuk mengalami perawatan intensif. Ia mengaku, kemampuan indra pengecap dan indra penciumannya berangsur kembali.

"Selama 1-2 minggu, kemampuan itu pelan-pelan kembali ke normal," kata Cynthia. 

"Semenjak sampai di rumah sakit, pernah sekali atau dua kali aku merasa kayak ada tekanan sedikit di dada dan agak sesak napas, tapi rasa itu menghilang setelah tidur," lanjut dia.

Penanganan Rumah Sakit 

Meski begitu, Cynthia mengungkapkan bahwa gejala yang dialaminya bukan gejala secara umum. 

"Orang lain bisa berbeda-beda gejalanya. Ada yang lebih parah dan malah ada yang tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jadi ini sekadar pengalaman saja agar orang-orang memperhatikan gejala ringan dari kasus virus corona seperti apa," kata dia. 

Saat dirinya dibawa ke RS, untuk kasus ringan seperti yang dialaminya, Cynthia mengaku, dokter hanya memberi obat untuk gejala-gejala, seperti pereda pusing dan obat batuk. Kemudian, ia dianjurkan untuk minum air putih dan harus menjaga jam tidurnya agar sistem imun bisa melawan virus SARS-CoV-2 dengan baik. 

"Aku immune system-nya bagus, makanya sangat mild (ringan) kasusnya, tapi untung banget aku termasuk pakai masker, sehingga keluarga dan teman-teman sekarang masih sehat dan tidak ada yang tertular," ujar Cynthia.

Saat menjalani perawatan, Cynthia diberi obat azithromycin oleh dokter. Ia menyampaikan, obat ini merupakan antibiotik biasa yang menunjukkan efek bagus untuk mengurangi virus bagi beberapa orang. Namun, hal itu masih eksperimental dan belum tentu hasilnya akan mengurangi dampak virus dalam tubuh lain. 

Sementara itu, Cynthia mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati, meskipun ada orang yang tidak muncul gejala, namun pasien tersebut dapat menyebarkan virus corona ke orang lain. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk social distancing di rumah. 

"Saya juga enggak nyangka dapat virus ini, tapi saya masih menjaga jarak dari keluarga dan orang-orang demi keselamatan mereka. Jadi, tetaplah waspada, jangan panik, jaga kesehatan diri dan tetap update info tentang Covid-19 melalui WHO agar tahu tindakan pencegahan yang benar," imbuh dia. 

Saat ini, kondisi Cynthia berangsur membaik. Namun dia masih berada di Rumah Sakit untuk proses pemulihan. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Belajar dari Kisah Cynthia, Survivor Covid-19 di "Negeri Singa"", https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/05/060300665/belajar-dari-kisah-cynthia-survivor-covid-19-di-negeri-singa-?page=3.


Artikel Terkait