Peresmian BTS USO (universal service obligation) di desa Aewora, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende, NTT oleh XL Axiata dan BAKTI disambut suka cita oleh penduduk sekitar.

Warga Desa Aewora Tidak Perlu Berjalan 3 Km Lagi untuk Mendapatkan Jaringan Internet

ANALITIK.ID | Peresmian BTS USO (universal service obligation) di desa Aewora, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende, NTT oleh XL Axiata dan BAKTI disambut suka cita oleh penduduk sekitar.

Alasannya, warga desa Aewora memang sudah lama mendambakan jaringan telekomunikasi yang lebih mudah diakses dan cepat. Untuk diketahui, Desa Aewora merupakan salah satu desa di Kabupaten Ende yang masuk daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T)

"Wah senang sekali akhirnya bisa internet-an di smartphone. Sebelum ini, kami harus berkendara atau jalan sejauh 3KM untuk mendapatkan jaringan," cerita warga desa Aewora kepada rekan media, Senin (28/10/2019).

Di bangunnya BTS USO di desa Aewora ini pun tak lepas dari campur tangan XL Axiata, BAKTI, dan sejumlah pihak pemerintah daerah.

Namun, ada satu sosok di desa Aewora yang sangat gembira luar biasa menyambut kedatangan jaringan telekomunikasi, yakni Anton David Dalla.

Siapa dia? Sebagai sosok tetua di desa Aewora, Anton sampai rela tidur di dekat generator sebagai pemberi daya menara monopole BTS USO milik XL Axiata.

"Jelang selesai pembangunan, saya sampai rela tidur di dekat generator BTS. Hal ini saya lakukan untuk memberikan kabar ke bupati kalau kini sudah ada sinyal 4G di Aewora, kita sudah merdeka sinyal," jelasnya kepada rekan media, Senin (28/9/2019).

Sebagai informasi, pembangunan BTS USO di Aewora pun dapat terealisasi atas bantuan Anton. Disebutkan, tanah tempat BTS USO bikinan XL Axiata dan BAKTI ini dibangun di atas tanah pemberian Anton.

Lebih lanjut, Anton menjelaskan bagaimana banyak warga yang memiliki smartphone harus berjalan hingga 3KM untuk dapat berkomunikasi.

"Warga itu harus berkendara atau jalan sejauh 3KM untuk bisa berkomunikasi, hal ini juga terjadi saat tim yang membangun BTS USO ini tiba di sini," ucapnya.

Mereka juga sebelumnya harus mencari batu sinyal atau pohon sinyal agar mendapatkan koneksi telekomunikasi yang lebih baik.

"Iya, di beberapa tempat ada yang warga sebut sebagai batu sinyal atau pohon sinyal. Mereka sering berkumpul di sekitarnya agar dapat berkomunikasi," tandasnya. 

Disambut baik pembangunan BTS USO dan jaringan telekomunikasi 4G milik XL Axiata di desa Aewora, juga menjadi "pecut" bagi operator seluler yang identik dengan warna biru ini.

Selain kesiapan jaringan telekomunikasi, XL Axiata juga sudah menyiapkan ekosistem sehingga warga di desa Aewora dapat mengoptimalkan jaringan internet yang sudah dibangun.

Bambang Parikesit, Group Head East Region XL Axiata, mengatakan, "Kami melakukan pembinaan untuk nelayan dengan program Laut Nusantara, dan berkunjung ke sekolah-sekolah untuk mensosialisasikan jaringan telekomunikasi ini."

Saat ini juga sudah tersebar 5 outlet yang menjual XL dan Axis. Laporan terbaru, sudah ada 250 nomor seluler yang terjual dengan 450 kepala keluarga (1400 penduduk).

"Kesiapan jaringan XL Axiata juga sudah dipersiapkan bilamana ada terjadi lonjakan penggunaan dalam beberapa hari mendatang," jelas Bambang.(*)

Artikel ini telah tayang di liputan6.com dengan judul "Cerita Warga Desa Tertinggal di NTT Sambut Kehadiran Internet"

https://www.liputan6.com/tekno/read/4097272/cerita-warga-desa-tertinggal-di-ntt-sambut-kehadiran-internet

Pengalaman Vivin dan Netty, Remaja Asli Desa Aewora Cari Sinyal Sebelum Ada XL Axiata


Artikel Terkait