Kepanikan membeli barang di supermarket yang dilakukan beberapa orang-orang di seluruh dunia telah memicu kekhawatiran.

Tak Perlu 'Panic Buying' Saat Pandemi Corona, Cukup Jaga Daya Tahan Tubuh dengan Makanan Sehat

ANALITIK.ID - Kepanikan membeli barang di supermarket yang dilakukan beberapa orang-orang di seluruh dunia telah memicu kekhawatiran. 

Pasalnya, tindakan tersebut justru menimbulkan kekhawatiran kekurangan bahan-bahan penting saat virus corona kian meluas. Dilansir dari SCMP, bahan-bahan pokok dapur seperti nasi dan pasta telah ludes terjual dari rak-rak toko. 

Sementara makanan olahan dan kemasan yang kurang bergizi juga dalam persediaan sedikit stok. Hal inilah yang membuat beberapa ahli menyarankan untuk memikirkan kembali kebiasaan pembelian masyarakat.

Warga menimbun beras

Saat wabah virus corona muncul pertama kali di Hong Kong pada Februari lalu, masyarakat menjadi panik dan putus asa menimbun beras. Namun, mereka juga membeli barang-barang seperti mi instan, daging kaleng, pangsit beku, dan dim sum. 

Atas fenomena ini, ahli diet tersertifikasi dari Pusat Konsultasi Nutrisi Tetra di Yau Ma Tei, Hong Kong, Joyce Chan Ho-yi mengungkapkan, dirinya khawatir sebab warga mengonsumsi makanan yang justru melemahkan sistem imun. 

"Pada saat yang kritis ini untuk meningkatkan imunitas, makanan-makanan instan tersebut mungkin lebih berbahaya," ujar Chan. 

Chan menyarankan, masyarakat mengikuti pedoman makanan sehat untuk menjaga kesehatan tubuh, seperti mengonsumsi makanan rendah gula, natrium, dan lemak jenuh.

Barang-barang instan yang terjual habis ini merupakan makanan olahan yang umumnya banyak mengandung garam dan lemak berlebih. 

"Baca komposisinya. Isi makanan biasanya terdaftar berdasarkan kuantitas dari yang tertinggi hingga terendah. Jadi, jika tiga atau empat komposisi pertama adalah gula, minyak terhidrogensi atau nama-nama lain yang menggunakan istilah kimia, Anda dapat berasumsi bahwa makanan tersebut diproses, jadi singkirkan dari keranjang belanja Anda," terang Chan.

Asupan garam harian Adapun asupan garam harian yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak lebih dari 5 gram per hariannya. Sementara, American Heart Association menyatakan bahwa setiap hari menambahkan asupan gula tidak boleh lebih dari 25 gram per harinya. 

Chan justru memprioritaskan pembelian bahan makanan berdasarkan lima kelompok makanan utama yakni, daging, susu, karbohidrat, sayuran, dan buah-buahan. Alih-alih daging olahan, ia menyarankan untuk membeli daging tanpa lemak, seperti ayam tanpa kulit, atau pilihan ikan yang lebih sehat dengan umur simpan yang lama, misalnya ikan sarden kalengan dan tuna. 

Pilihlah bahan-bahan tersebut yang dikemas dalam minyak zaitun atau air, sehingga mereka tidak memiliki banyak garam atau gula.

Kemudian, pilihlah produk-produk segar dan bernutrisi dengan umur simpan yang panjang, seperti buah bit, labu, dan ubi jalar. 

"Mereka yang memiliki anggaran terbatas dapat memperoleh bahan-bahan tersebut bersi kalengan. Kacang-kacangan dalam bentuk kalengan, seperti buncis, lentil, dan kacang campuran rendah lemak dan tinggi protein, serat, dan mineral," lanjut Chan.

Selain itu, sayuran dan buah-buahan beku juga layak disimpan. Chan mengatakan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa produk kacang polong dan brokoli dibandingkan produk sayuran beku di supermarket memiliki kandungan nutrisi yang kurang lebih sama. Sehingga, buah dan sayuran segar tidak selalu lebih unggul secara nutrisi daripada versi beku.

Memperpanjang umur simpan produk segar 

Salah satu koki asal Jepang dan pendiri pengecer makanan kesehatan Hong Kong Foodcraft, Shima Shimizu menyarankan, agar masyarakat memperpanjang umur simpan produk segar dengan membekukannya. Misalnya, bawang merah yang dapat dicacah dan dibagi menjadi beberapa bagian sebelum dibekukan. Tetapi, untuk wortel atau brokoli sebaiknya direbus dulu baru kemudian dapat dibekukan. Selama fase " panic buying" terjadi di Hong Kong, Shimizu memerhatikan pembeli daging dan telur sangat ditargetkan. 

"Sindrom pernapasan akut yang parah atau SARS, sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), dan saat ini virus corona SARS-CoV-2 semuanya dimulai dari protein hewani. Jadi, mengapa Anda mencari hal yang sama?" ujar dia. 

Shimizu mengungkapkan, ia biasanya makan makanan vegetarian, namun ia dapat makan daging babi selama acara makan keluarga. Tetapi, selama wabah ini, ia cenderung lebih mengonsumsi makanan berbasis tanaman atau sayur-mayur. 

"Saya tidak ingin makan daging lagi," kata dia. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Stop Panik Membeli, Jaga Sistem Imun dengan Makanan Sehat untuk Cegah Virus Corona", https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/12/060200865/stop-panik-membeli-jaga-sistem-imun-dengan-makanan-sehat-untuk-cegah-virus?page=3.


Artikel Terkait