Anggota Panitia Khusus (Pansus) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kalimantan Timur (Kaltim) Rusman Yaqub blak-blakan akan soal tambang.

Cerita Rusman Yaqub Saat Hadir di Diskusi Publik Soal Tambang, Anak Nyaris Hilang Nyawa Akibat Banjir

ANALITIK.CO.ID - Anggota Panitia Khusus (Pansus) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kalimantan Timur (Kaltim) Rusman Yaqub blak-blakan akan soal tambang. 

Hal itu dia katakan saat hadir dalam diskusi publik 'Ngopi' Ngobrol Pintar 'Untung dan Rugi 2026 Samarinda Bebas Zona Tambang" yang digelar di Setiap Hari Coffee Jalan Juanda Samarinda, Minggu (19/3/2023) malam. 

Berbicara sebagai panelis, Rusman Yaqub menceritakan bahwa saat dirinya duduk di DPRD Kota (Samarinda) pada 2002 lalu, dirinya menjadi pansus pengendalian dampak banjir. 

"Waktu itu, kita merekomendasikan kepada pemerintah kota, untuk tak ada lagi izin penambangan baru. Waktu itu masih 8 izin. Baru 8," ujarnya. 

"Tapi apa yang terjadi, mendekati pilkada, langsung loncat menjadi 28 di 2004," ucap Rusman Yaqub. 

Rusman Yaqub juga sampaikan bahwa harus ada hitungan data-data konkret perihal apa sebenarnya produktivitas dan manfaat tambang yang bisa menjadi tolak ukur untuk kesejahteraan warga. 

Data hitungan itu diharap bisa menjadi tolak ukur, efektivitas kesejahteraan tambang bagi warga, dibandingkan dengan dampak kerusakan, termasuk juga dampak sosial akan hadirnya tambang di suatu daerah

"Sehingga kita bisa lihat skalanya di mana. Perlu ada data bandingan-bandingan itu," kata Rusman. 

Ia katakan bahwa dirinya termasuk orang yang percaya, bahwa Samarinda bisa hidup tanpa tambang. 

"Sesungguhnya Samarinda tanpa tambang. Saya yakin (industri pertambangan) tak membawa efek kesejahteraan bagi warga Samarinda, yang ada adalah justru melahirkan kesengsaraan," ujarnya. 

Lebih lanjut, Rusman Yaqub juga menuturkan pengalaman buruk dirinya akan tambang.

Dan itu membawa anak kandungnya sendiri, yang hampir menjadi korban akan efek dari rusaknya lingkungan akibat pertambangan. 

"Anak saya, yang nomor dua itu, yang sekarang di semester empat Fakultas Hukum Unmul itu, nyaris hilang nyawanya ketika dia umur 30 hari, tiba-tiba dilanda banjir di rumah saya. Di atas lutut itu mengapung di dalam rumah," kata Rusman. 

"Untungnya kaki saya itu tergantung di ranjang, akhirnya basah itulah yang membuat saya bangun, akhirnya selamatkan anak. Dan itu saya kira ada yang lebih parah dari trauma-trauma seperti itu (seperti yang dialami Rusman)," katanya. 

Terakhir, dengan nada lantang, Rusman menyebut tak ada kata terlambat untuk Samarinda Bebas Zona Tambang. 

"Maka itu menurut saya, tak ada kata terlambat. Saya setuju kalau kita harus bebas dari tambang, Samarinda. Terlepas itu 2026 atau bukan," katanya. (*)


Artikel Terkait