Donald Trump bakal menghadapi masa paling berbahaya dalam masa jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), yakni upaya pemakzulan. Audiensi publik sebagai proses pemakzulan Trump bakal digelar secara terbuka.

Upaya Pemakzulan Trump Bakal Digelar Terbuka, Disiarkan Langsung Televisi

ANALITIK.ID - Donald Trump bakal menghadapi masa paling berbahaya dalam masa jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), yakni upaya pemakzulan. Audiensi publik sebagai proses pemakzulan Trump bakal digelar secara terbuka.

Untuk pertama kalinya, pada Rabu (13/11/2019), seluruh warga negara AS bisa menyaksikan audiensi publik yang merupakan rangkaian proses penyelidikan terhadap pemakzulan Trump. Proses itu akan disiarkan secara langsung di televisi.

Dilansir dari DW, rencananya sidang dengar pendapat akan digelar pukul 10 pagi waktu AS. Hal ini merupakan langkah baru dalam proses pemakzulan Presiden negara adikuasa tersebut.

Selama ini, proses penyelidikan terkait pemakzulan terhadap Trump berlangsung secara tertutup. Trump sendiri tampak kesal dengan rencana tersebut.

"Sidang seharusnya tidak disiarkan secara terbuka," kata Trump kepada wartawan Jumat (8/11) lalu.

Partai Demokrat yakin bisa membuktikan Trump telah menyalahgunakan jabatannya. Tudingan itu terkait dugaan meminta bantuan Ukraina untuk menyelidiki bisnis putra Joe Biden, mantan Wakil Presiden AS, yang menjadi saingan Trump di Pilpres AS pada tahun 2020.

Dinamika politik AS baru-baru ini membuat presiden yang menghadapi kemungkinan dimakzulkan harus mengundurkan diri. Bila tidak mundur, presiden bisa saja menghadapi kenyataan masyarakat bisa memberi kesaksian yang dapat merusak citra dirinya secara langsung di televisi.

Siaran langsung itu dinantikan warga AS. Kasus serupa juga dialami oleh Presiden AS terdahulu, seperti Richard Nixon dan Bill Clinton.

Presiden AS, Bill Clinton, sekitar 20 tahun yang lalu juga hendak dimakzulkan oleh DPR, namun dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan oleh Senat. Sedangkan Presiden ketiga AS, Richard Nixon mengundurkan diri saat proses pemakzulan berlangsung.

Profesor manajemen politik di Universitas George Washington, Michael Cornfield, menilai sidang dengar pendapat pada Rabu (13/11), sangat dinanti masyarakat. Alasannya, sidang tersebut merupakan peristiwa bersejarah.

"Semuanya akan terpusat ke audiensi, dan ini peristiwa bersejarah," tuturnya.

Ada tiga sidang dengar pendapat yang rencananya digelar pada minggu ini. Dua pada Rabu (13/11), dan satu lagi pada Jumat (15/11). Meskipun disiarkan secara langsung di televisi, Cornfield menyebut tayangan ini tak akan sekadar menjadi tontonan hiburan bagi masyarakat.

"Tidak ada iklan, kecuali saat jeda, mengindikasikan bahwa ini audiensi serius," ujar Cornfield.

Saksi-saksi yang akan dihadirkan antara lain adalah Taylor, Kent, Yovanovitch. Ketiganya merupakan saksi yang memberatkan Trump.

Sidang dengar pendapat pada Rabu (13/11), bakal dimulai dengan kesaksian dari Bill Taylor, duta besar AS untuk Ukraina. Sebelumnya Taylor bertugas di Kyiv, Ukraina menggantikan Marie Yovanovitch, yang telah dipanggil kembali ke AS pada Mei 2019.

Ini merupakan kesaksian kedua Taylor, tentang peristiwa yang terjadi di Ukraina. Pada Oktober lalu, ia telah bersaksi di hadapan Komite Intelijen Dewan. Dia menyatakan pemerintahan Trump bersedia untuk mengirim kembali bantuan militer ke Ukraina bila presiden Ukraina mau secara terbuka mengumumkan penyelidikan korupsi terhadap putra Joe Biden.

Politik balas budi, yang biasa disebut "quid-pro-quo" ini sudah dibantah Trump hingga hari ini.

George Kent, seorang diplomat AS, juga akan memberikan kesaksian tentang hubungan Trump dan pihak Ukraina untuk kedua kalinya. Kent pernah mengeluarkan tuduhan serius terhadap Rudy Giuliani, pengacara pribadi Trump, dengan mengatakan bahwa Giuliani menyerukan 'kampanye kebohongan' terhadap diplomat AS, Marie Yovanovitch.

"Pernyataan dan tuduhan Giuliani terhadap mantan Duta Besar, Yovanovitch tidak berdasar, tidak benar, titik," kata Kent.

Yovanovitch juga akan bersaksi. Namun dia bakal memberi keterangan di depan umum pada hari Jumat (15/11). Pada sidang pertamanya, dia mengatakan bahwa dirinya terkejut atas kampanye kebohongan yang dilakukan oleh Giuliani dan orang-orang kepercayaan Trump terhadap dirinya.

Sebelumnya, Yovanovitch mengatakan kepada penyelidik yang bertugas memeriksa upaya pemakzulan Trump kalau dia sempat diberi saran oleh duta besar AS untuk Uni Eropa, Gordon Sondland, agar memuji Trump di Twitter. Menurutnya, hal itu yang disukai presiden.

Namun setelahnya, Sondland, yang merupakan loyalis Trump, juga mengakui adanya peristiwa politik balas budi Trump dan pihak Ukraina yang kontroversial itu. Dalam kesaksiannya di sidang dengar pendapat yang tertutup, pekan lalu, Sondland mengungkap dia lah yang memberi info kepada penasihat presiden Ukraina, bahwa AS tidak akan mengirim bantuan militer ke Ukraina kecuali Ukraina mau mengumumkan penyelidikan terhadap putra Biden.

Proses pemakzulan ini membuat kampanye Trump untuk Pilpres 2020 terancam bahaya. Cornfield mengatakan Trump sulit mengelak dari fakta-fakta yang telah diungkap selama sidang dengar pendapat sejauh ini.

"Fakta-faktanya semua memberatkan. Dia tidak punya pembelaan terhadap fakta-fakta itu. Satu-satunya yang dapat dia perdebatkan adalah bahwa apa yang dia lakukan bukan merupakan pelanggaran yang dapat berimbas pada pemakzulan," ucap Cornfield.

Cornfield juga yakin audiensi publik ini akan berdampak pada upaya pemilihan ulang Trump. "Mungkin presiden mengundurkan diri sebelum pemilihan, jika tidak dia akan merugikan dirinya sendiri," katanya. (*) 

Artikel ini telah tayang di Detik.com dengan judul "Proses Pemakzulan Trump Bakal Buka-bukaan" https://news.detik.com/internasional/d-4783736/proses-pemakzulan-trump-bakal-buka-bukaan?single=1

Hari Pertama Dengar Pendapat Terbuka Pemakzulan Presiden Trump


Artikel Terkait