Media sosial tengah diramaikan dengan erupsinya Gunung Taal di Filipina yang disertai dengan petir. Beberapa warganet terlihat mengunggah video yang memperlihatkan keluarnya awan panas, dan nampak petir merambat di gumpalan awan tersebut.

Petir saat Erupsi Gunung Taal Filipina, Kenapa Bisa Terjadi?

ANALITIK.ID- Media sosial tengah diramaikan dengan erupsinya Gunung Taal di Filipina yang disertai dengan petir. Beberapa warganet terlihat mengunggah video yang memperlihatkan keluarnya awan panas, dan nampak petir merambat di gumpalan awan tersebut. 

Tagar #PrayForPhilippines turut masuk dalam daftar terpopuler Twitter, Senin (13/1/2020) siang. Dilansir dari BBC, Gunung Taal merupakan gunung berapi paling aktif kedua di Filipina, yang terletak di sebuah pulau di tengah danau. Gunung berapi terkecil di dunia ini tercatat setidaknya mengalami 34 letusan dalam 450 tahun terakhir. 

Tanggapan BMKG Dihubungi Kompas.com, Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, kejadian letusan gunung api disertai petir juga pernah terjadi di Indonesia.

 "Letusan Gunung Merapi, Gunung Kelud, dan lainnya," kata Hary kepada Kompas.com, Senin (13/1/2020) siang. Dilansir dari situs resmi BMKG, terjadinya petir saat erupsi gunung berapi tidak jauh berbeda dari mekanisme petir biasa.

Secara umum, petir terjadi di atmosfer karena adanya perbedaan ionisasi antara awan dan Bumi, atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan disebabkan karena gerakan terus menerus secara teratur. Selama pergerakannya, awan akan berinteraksi dengan awan lainnya. 

Sehingga, muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi, atas atau bawah. Sementara, muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Apabila perbedaan potensial antara awan dan Bumi cukup besar, maka terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya, untuk mencapai kesetimbangan. 

Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara. Saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Sedangkan, petir yang terjadi antar awan yang berbeda muatan terjadi pada musim hujan. 

Hal ini dikarenakan pada keadaan tersebut, udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir dikarenakan ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif. 

Ionisasi dan petir Ionisasi adalah pemisahan atom atau molekul menjadi ion-ion yang bermuatan positif dan negatif. Proses ionisasi ke muatan positif atau negatif mempunyai perbedaan. Ion bermuatan positif didapat saat elektron yang terikat pada atom atau molekul menyerap energi cukup agar dapat lepas dari potensial listrik yang mengikatnya.

Energi yang dibutuhkan ini disebut potensial ionisasi. Secara umum potensial ionisasi terjadi antara awan dengan Bumi atau awan dengan awan. Ion bermuatan negatif didapat ketika elektron bebas bertabrakan dengan atom dan terperangkap dalam kulit atom dengan potensial listrik tertentu. 

Bertambah atau berkurangnya partikel bermuatan seperti elektron atau lainnya yang terikat pada atom atau molekul ini dapat menyebabkan proses petir yang terjadi. Sumber sambaran petir biasanya ditimbulkan oleh awan petir cumulonimbus (cb). 

Petir vulkanik Saat erupsi gunung berapi, awan cumulonimbus tergantikan oleh awan kepulan uap air, abu, debu, dan partikel vulkanik lain yang menyembur ke angkasa secara masif. Petir vulkanik tidak terjadi secara langsung meskipun di dalam kolom letusan yang berisi koleksi partikel abu kaca panas, uap dan gas bersama meletus ke atmosfer dengan banyak ukuran yang berbeda dari partikel abu. 

Karena, sebelum petir terjadi, partikel harus terionisasi terlebih dahulu, dengan memisahkan elektron yang terikat pada partikel tersebut dengan perantara energi potensial suatu masa. Kendati begitu, petir vulkanik masih menjadi perdebatan lantaran kejadian ini kadang terjadi saat ada erupsi gunung berapi. 

Pada setiap kejadian, menunjukkan bahwa kilatan petir mulai dan berakhir dalam kolom letusan, dan masih diperdebatkan jenis perantara suatu massa yang dapat memisahkan partikel-partikel tersebut yang harus melalui proses potensial ionisasi. Situs resmi BMKG menunjukkan adanya beberapa teori petir vulkanik.  

Teori pertama menyebutkan, adanya tabrakan partikel yang dikeluarkan saat erupsi dapat mentransfer muatan satu sama lain dan berubah menjadi massa positif atau negatif. Kemudian terjadi (ionisasi) pemisahan muatan dengan proses yang disebut aerodynamic sorting.   

Pemisahan muatan menjadi ion-ion terjadi karena adanya potensial ionisasi antara awan-awan vulkanik. Oleh karena adanya pemisahan antara partikel positif dan negatif, dapat memberikan saluran untuk listrik mengalir. Saat inilah petir dapat terjadi, di mana volkanologis percaya bahwa hal ini terdapat hubungan dengan seberapa cepat partikel berukuran berbeda menetap. 

Teori lainnya mengatakan, partikel yang lebih besar mungkin memiliki muatan positif, sementara partikel yang lebih kecil mungkin memiliki muatan negatif. Dan sebagai partikel yang lebih besar jatuh lebih cepat, di mana mungkin membuat pemisahan yang diperlukan untuk menghasilkan petir. Masih menjadi misteri bagaimana mekanisme ini terjadi. Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas erupsi gunung berapi bukan pemicu secara langsung terjadinya petir, jadi meskipun terjadi erupsi utama, tidak berarti kejadian petir memiliki kuantitas yang paling besar. (*)


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral Erupsi Gunung Taal Filipina Disertai Petir, Kenapa Bisa Terjadi?", https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/13/131500165/viral-erupsi-gunung-taal-filipina-disertai-petir-kenapa-bisa-terjadi-?page=all#page2

MENCEKAM! Gunung Taal Filipina Meletus, Petir Bertubi-tubi Menyambar


Artikel Terkait