Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Australia disebut-sebut masih akan berlangsung lama. Pihak berwenang telah memperingatkan hal ini meski situasi sempat membaik dengan bertiupnya udara sejuk pada Sabtu (11/1).

Petaka Kebakaran Australia Diperkirakan Masih Akan Berlanjut

ANALITIK.ID- Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Australia disebut-sebut masih akan berlangsung lama. Pihak berwenang telah memperingatkan hal ini meski situasi sempat membaik dengan bertiupnya udara sejuk pada Sabtu (11/1).

Mengutip AFP, suhu di New South Wales dan negara Victoria sempat turun pada hari ini setelah malam sebelumnya kembali terjadi kebakaran hebat.

"Ini adalah malam yang sangat panjang di New South Wales. Kami lega pagi ini tidak ada nyawa yang hilang dan tidak ada kerusakan properti yang berarti," kata Perdana Menteri New South Wales Gladys Berejiklian, dikutip Sabtu (11/1).

Kondisi diperkirakan membaik sekitar satu minggu ke depan sehingga petugas pemadam kebakaran berkesempatan mengendalikan api.

Komisaris Layanan Pemadaman Kebakaran Pedesaan New South Wales Shane Fitzsimmons menggambarkan perkiraan cuaca itu sebagai tujuh hari terbaik yang dimiliki masyarakat setempat tanpa tensi kebakaran hutan yang meningkat.

Masalahnya, kebakaran hutan yang terjadi di New South Wales beberapa bulan terakhir telah menewaskan 26 orang, menghancurkan lebih dari 2 ribu rumah dan lahan seluar 10 juta hektare (ha) hangus.

Sejumlah peneliti dari universitas memproyeksi lebih dari satu miliar hewan mamalia, burung, dan reptil terbunuh karena kobaran api.

Sementara, Kepala Pemadam Kebakaran di Desa Towamba, Nathan Barnden menyatakan turunnya hujan belum cukup memulihkan kebakaran hutan yang terjadi.

Di negara bagian Victoria, Perdana Menteri Daniel Andrews meminta masyarakat tetap waspada dan memperingatkan krisis akibat kebakaran hutan yang terjadi dalam dua bulan terakhir ini belum selesai.

Pernyataan itu sampai ke kota Mogo. Kawasan yang sudah beberapa waktu terakhir mati listrik, sehingga beberapa perusahaan menjalankan aktivitas dengan generator.

Mark Bucke, salah satu penduduk di Kota Mogo merasa 10 terakhir ini seperti neraka. Hal ini khususnya dampak terhadap anak-anak.

"Kami tidak memiliki roti atau susu untuk empat hari mungkin," ungkapnya. 

Ia mengatakan banyak masyarakat di Kota Mogo yang berjuang melawan krisis yang terjadi akibat kebakaran hutan. Namun, situasi ini seperti perang, sehingga sulit mendapatkan barang-barang yang bisanya mudah dibeli.

"Ini seperti ketika ada perang atau sesuatu, Anda tidak bisa mendapatkan apa yang anda biasanya mudah mendapatkan," kata Bucke.

Sebelumnya, puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di berbagai kota di Australia pada Jumat (10/1). Ini dilakukan untuk menyuarakan agar pemerintah mengambil tindakan lebih kuat dalam menangani perubahan iklim.

Sebab, para ilmuwan sudah mengatakan bahwa perubahan iklim memicu kebakaran yang lebih sering dan meluas. Selain itu, musim kebakaran juga akan berlangsung lebih panjang dengan perubahan iklim.

Organisasi Independen yang mewakili ilmuwan Australia, Akademi Sains Australia menyatakan Canberra harus mengambil tindakan lebih tegas sebagai bagian dari komitmennya untuk meminimalisir pemanasan global.

"Ketika dunia menghangat akibat perubahan iklim yang disebabkan mnausia, maka ada peningkatan frekuensi dan peristiwa cuaca ekstrem," papar Presiden Akademi John Shine dalam sebuah pernyataan.

Diketahui, Australia mengalami tahun terkering dan terpanas pada 2019 dengan rata-rata suhu 41,9 derajat celcius. Sementara, kebakaran hutan yang terjadi sejak November 2019 lalu telah menghanguskan lebih dari 10 juta hektar lahan di enam negara bagian, 27 orang tewas, serta lebih dari 1.000 rumah dan bangunan hangus. (*)

Artikel ini telah tayang di CNN Indonesia dengan judul "'Neraka' Kebakaran Australia Diperkirakan Belum Akan Berakhir" 

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200111192323-113-464503/neraka-kebakaran-australia-diperkirakan-belum-akan-berakhir

Kebakaran Australia Bikin Heboh, Warga Ngamuk Donk


Artikel Terkait