Pelatih Tony Ferguson, Eddie Bravo, mengungkap cerita di balik Octagon selama pertandingan berlangsung antara anak didiknya dan Justin Gaethje.

Eddie Bravo Ungkap Cerita Pertarungan Tony Ferguson dan Justin Gaethje Dibalik Octagon

ANALITIK.CO.ID - Pelatih Tony Ferguson, Eddie Bravo, mengungkap cerita di balik Octagon selama pertandingan berlangsung antara anak didiknya dan Justin Gaethje. 

Tony Ferguson menjadi bulan-bulanan ketika menghadapi Justin Gaethje dalam ajang UFC 249 di VyStar Veterans Memorial, Jacksonville, Florida, AS, Minggu (10/5/2020).

Setelah menerima lebih dari 100 pukulan, Tony Ferguson dinyatakan kalah dari Justin Gaethje dengan TKO pada ronde kelima. Hasil tersebut memastikan petarung berjulukan El Cucuy itu gagal bertarung melawan Khabib Nurmagomedov selanjutnya.

Selama pertandingan berlangsung, Ferguson tidak menggunakan berbagai keahliannya. Padahal selain piawai dalam serangan atas, dia juga lihai melakukan serangan bawah. Kini terungkap penyebab Ferguson tidak melakukan strategi lain untuk menghabisi Gaethje. Usut punya usut, Rashad Holloway menjadi pelatih kepala Ferguson untuk menghadapi Gaethje.

Holloway sendiri merupakan pelatih tinju, sehingga Ferguson diberi arahan untuk melakukan pertarungan atas. Setelah selama tiga ronde petarung kelahiran California menerima pukulan bertubi-tubi dari Gaethje. Tepat bel keempat berbunyi, Holloway meminta kepada Eddie Bravo untuk menggantikan posisinya sebagai pelatih kepala.

Bravo tidak mempunyai pengalaman menjadi pelatih kepala seperti memberi arahan selama duel berlangsung. Dia tidak membayangkan harus berbicara dengan Ferguson untuk memberi arahan-arahan.

"Ini ronde keempat. Dia terluka dan ditambah lagi saya kehilangan kacamata saya. Saya cukup buta tanpa itu, sehingga saya tidak menyadari betapa dia terluka sampai saya menghampirinya," tutur Bravo dilansir BolaSport.com dari MMA Junkie.

"Okay, saya harus memberinya nasehat? Sebagai pelatih kedua. Adalah kesalahan bagi saya untuk masuk ke sana. Itu adalah sebuah kesalahan."

"Saya tidak pernah menjadi pelatih kepala MMA dalam hidup saya. Tidak pernah ingin menjadi seperti itu."

"Tidak pernah ingin bahkan sampai hari ini, saya belum pernah. Itu bukan saya. Saya bukan Trevor Wittman yang luar biasa. Saya bukan Greg Jackson, Duke Roufus."

"Itu level berbeda. Pelatih kepala memiliki kewajiban berbicara kepada petarung yang sedang duduk."

Bravo mengakui kapasitasnya sebagai pelatih jiu jutsu dan bukan tinju. Pria Amerika Serikat ini merasa tidak berkompeten untuk menggantikan Holloway memberi arahan kepada Ferguson jelang pertarungan berakhir.

"Dalam pertandingan berdiri, saya seharusnya tidak berbicara, karena saya tahu ini akan menjadi duel berdiri," tutur Bravo.

"Jika pertarungan itu menghadapi Khabib Nurmagomedov dan akan berakhir, mungkin akan ada ground fight. Mungkin masuk akal jika televisi memberi saya mikrofon."

"Tapi ketika mereka meminta saya, saya seperti hanya ada untuk memberi dukungan emosional karena itu adalah perang berdiri," kata Bravo. (*)


Artikel ini telah tayang di Bolasport.com dengan judul "Cerita Dibalik Octagon Ketika Tony Ferguson dan Justin Gaethje"


Artikel Terkait