Pernah menghitung seberapa sering Anda membuka telepon genggam dalam sehari? Katakanlah, dari 24 jam itu berapa waktu yang Anda habiskan memandangi pendar layar ponsel. Setelah membuka laman Instagram, berganti ke Twitter, lalu ke Facebook, atau bertahan lama berselancar di Google.

Studi: Penggunaan Media Sosial Berlebih, Berisiko Menderita Kecemasan dan Depresi

ANALITIK.ID - Pernah menghitung seberapa sering Anda membuka telepon genggam dalam sehari? Katakanlah, dari 24 jam itu berapa waktu yang Anda habiskan memandangi pendar layar ponsel. Setelah membuka laman Instagram, berganti ke Twitter, lalu ke Facebook, atau bertahan lama berselancar di Google.

Tak bisa beranjak dari melihat pelbagai pembaruan di beberapa platform media digital di tengah tenggat atau tugas penting? Anda tidak sendiri. Sebuah makalah penelitian menyoroti bahwa 20 persen siswa menghabiskan setidaknya lima jam sehari menjelajah berbagai platform tersebut.

Sebuah laporan menunjukkan, mereka yang rutin menggunakan media sosial lebih banyak terpapar gangguan kecemasan dan depresi dibanding orang yang terbatas menyentuh medsos.

Salah satu studi yang diterbitkan Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh pada 2016 menganalisis 1.787 orang dewasa sebagai perwakilan populasi di Amerika. Partisipan ini berusia 19 hingga 32 tahun. Mereka menyerahkan hasil penilaian mandiri soal waktu yang dihabiskan di media sosial saban hari atau setiap minggunya. Lantas para peneliti membandingkan skor dan mengolah data tersebut.

Untuk mengevaluasi tingkat depresi, peserta juga mengisi formulir pengukuran depresi. Hasilnya, orang yang lebih banyak menggunakan media sosial memiliki peluang depresi lebih tinggi dibanding mereka yang jarang mengakses medsos.

Detoks digital, menjadi salah satu cara yang mudah untuk mengatasi kecanduan media sosial dan membantu memulihkan kesehatan mental. Istilah ini mengacu pada periode ketika seseorang mengerem diri untuk tak menggunakan perangkat elektronik seperti telepon genggam atau komputer jinjing.

Berikut tahapan yang bisa Anda coba untuk memulai detoks digital dikutip dari Medical Daily:

Tetapkan waktu jeda

Secara sadar Anda punya niat untuk menjauhkan diri dari Facebook, Twitter, Instagram atau lainnya. Atur jangka waktu kapan Anda harus berhenti membuka medsos. Ini agar Anda tak terus-terusan menciap di Twitter atau membubuhkan 'love' di unggahan Instagram.

Memberikan jeda waktu adalah langkah awal detoks digital. Beberapa orang mungkin merasa cara ini ampuh semisal dengan memberlakukan jam malam digital. Sebut saja, di atas pukul 10 malam atau sebelum tidur adalah jam terlarang mengakses ponsel.

Strategi ini dapat dilakukan dan disesuaikan bergantung kebutuhan masing-masing individu.

Ruang bebas medsos

Tentukan satu ruang di tempat tinggal Anda sebagai area bebas medsos. Bisa jadi di kamar tidur, ruang kerja atau ruang lainnya sehingga memungkinkan komunikasi tatap muka dan obrolan lebih personal satu sama lain.

Beberapa pub di Inggris bahkan memiliki kebijakan "no technology policy" untuk memastikan orang-orang di area itu sungguh-sungguh ngobrol dan berinteraksi satu sama lain.

Kegiatan baru

Tanpa disadari, waktu yang dihabiskan untuk menjelajah media sosial itu sebenarnya bisa Anda gunakan untuk kegiatan lagi. Misalnya, waktu luang ini bisa Anda pakai untuk mempelajari ketrampilan baru, menemukan hobi yang bikin otak segar atau juga mengejar minat lain yang sebelumnya terabaikan.

Sialnya, hal tersebut acap luput ketika sedang asyik menekuri layar telepon genggamnya selama berjam-jam. Padahal melihat pembaruan yang dibuat teman-teman 'maya' Anda itu tak mengubah apa-apa dalam hidup, kecuali mengisi kekosongan. Itu sebab sudah waktunya mengakhiri kebiasaan menghabiskan banyak waktu berkutat di medsos dan menggantinya dengan alternatif lain yang lebih sehat. (*)

Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul "Mengetahui Waktu Terbaik Menjalani Detoks Digital", 

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200226131457-284-478305/mengetahui-waktu-terbaik-menjalani-detoks-digital


Artikel Terkait