Rendahnya tingkat literasi atau kemampuan menulis dan membaca masih menjadi permasalahan yang dihadapi Indonesia hingga saat ini.

Rendahnya Tingkat Literasi dan Baca Masih Jadi Masalah Bagi Indonesia, Berikut Tips dan Trik Menulis Kritis ala Margareta Astaman

ANALITIK.ID- Rendahnya tingkat literasi atau kemampuan menulis dan membaca masih menjadi permasalahan yang dihadapi Indonesia hingga saat ini. 

Survei World Culture Index 2018 menunjukkan tingkat literasi Indonesia menempati urutan 60 dari 61 negara. Tepatnya berada di posisi dua terbawah. 

Tak hanya minat baca yang rendah, minat menulis di Indonesia pun masih rendah. Bukan hanya menulis karya sastra, tapi juga minat menulis esai, tulisan kritis, atau karya ilmiah.

Padahal, kemampuan menulis dibutuhkan setiap orang untuk menyampaikan gagasannya, termasuk pelajar dan mahasiswa. Sayangnya, masih banyak orang enggan menulis karena menganggap kegiatan tersebut sulit dilakukan. 

Padahal, jika tahu cara dan tipsnya menulis dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan dan sangat bermanfaat. Berangkat dari hal itulah, Margareta Astaman, seorang penulis buku dan digital editor, membagikan tips menulis kritis ala dirinya. 

“Menulis kritis atau critical writing itu kemampuan menyampaikan gagasan secara kritis lewat tulisan,” ucap Margareta. 

Ia melanjutkan, sebelum membuat tulisan kritis, seorang penulis harus memahami beberapa hal. 

Komposisi tulisan kritis 

Pertama, mengenali siapa audiens yang ingin dituju melalui tulisan tersebut. Langkah ini penting karena diterima atau tidak pesan yang ingin disampaikan tergantung pada siapa audiensnya. 

Selain itu, dengan mengetahui siapa audiensnya, penulis dapat membuat tulisan yang menarik bagi pembaca. Sehingga, tulisan tersebut mampu mengarahkan pembacanya untuk mengambil keputusan atau mengubah sesuatu pada pembacanya. 

Kedua, adalah menentukan mega argument atau gagasan utama yang ingin disampaikan lewat tulisan tersebut. 

Margareta mengatakan, yang membedakan mega argument dengan opini biasa adalah argumentasi tersebut kemudian didukung dengan beberapa argumentasi pendukung lainnya yang bersifat fakta. 

Tidak ada batasan yang menentukan bahwa mega argument harus bersifat objektif. Menurut dia, mega argument juga boleh subjektif. 

“Subjektif itu boleh. Tandanya penulis percaya akan satu hal. Asalkan didukung dengan argumentasi-argumentasi pendukung,” ucap perempuan yang biasa disapa Margi itu. 

Selanjutnya, tulisan kritis memiliki balancing point atau argumentasi penyeimbang. Sesuai namanya, argumentasi ini berfungsi sebagai penyeimbang tulisan agar pembaca tetap dapat melihat dari berbagai sisi. 

Menurut Margi, balancing point merupakan penguat mega argument penulis yang menunjukkan bahwa untuk sampai pada gagasan tersebut penulis sudah melihat topik dari berbagai sisi dan dari berbagai argumentasi berbeda. 

Balancing point itu pun menjadi pembeda tulisan kritis dengan tulisan provokatif, yang hanya membahas gagasan dari satu sisi saja. 

Margi menjelaskan, bentuk balancing point bisa bermacam-macam. Bisa berupa ide atau argumentasi yang bertolak belakang dengan opini penulis. Dapat berupa argumentasi lain yang mengakui kelemahan dari ide penulis. 

Bisa pula ide atau opini serupa yang muncul sebelumnya. “Bisa saja ide penulis bukanlah ide yang pertama kali muncul. Namun, ide penulis itu merupakan gagasan penyempurna dari gagasan yang muncul sebelumnya,” terang Margi. 

Hal itu dia sampaikan saat membawakan materi Critical Writing untuk 62 mahasiswa Beswan Djarum di acara Leadership Development batch IV, Djarum Beasiswa Plus angkatan 2019/2020, di Hotel Harris Gubeng, Surabaya, Senin (10/2/2020). 

Kembangkan dengan mind map 

Setelah semua informasi tersebut lengkap langkah selanjutnya adalah meramu informasi-informasi itu dengan membuat mind map. 

Margi mengatakan, sebelum membuat mind map penulis harus mencari dan mengumpulkan semua informasi terkait topik tulisan yang ingin dikembangkan. 

Lalu kemudian menuliskan kata-kata kuncinya ke dalam satu lembar kertas. Selanjutnya, susun semua kata kunci tersebut dari poin yang paling penting, penting, hingga tidak terlalu penting. 

Caranya, bisa dengan memberikan nomor urut dan kata sambung, yang bisa mempermudah penulis ketika mengembangkan kata kunci tersebut menjadi struktur tulisan utuh. 

Tulisan kritis biasanya menggunakan struktur penulisan segitiga terbalik yang menempatkan informasi paling penting di bagian awal tulisan hingga yang kurang penting di bagian akhir. 

Bagian awal biasanya berisi mega argument atau informasi paling penting bagi pembaca. Baru selanjutnya tulisan dikembangkan dengan menggunakan beberapa argumentasi pendukung, balancing point, hingga kesimpulan. 

Margi pun memberikan beberapa catatan penting ketika membuat tulisan kritis. 

Pertama, pastikan setiap kalimat atau argumentasi berkesinambungan, masuk akal, dan logis bagi pembaca. 

Kedua, buatlah bagian awal atau pembuka tulisan semenarik mungkin, agar pembaca tertarik untuk membaca seluruh tulisan hingga selesai. 

“Kemudian, pastikan ada value atau nilai yang bisa didapatkan pembaca setelah membaca tulisan kritis tersebut,” ucap Margi. 

Salah satu Beswan Djarum asal Batam, Agnes Nadya (20) mengaku, trik penulisan itu cukup mudah diaplikasikan. Menurutnya, trik membuat mind map sangat membantunya dalam membuat tulisan yang fokus dan tidak bertele-tele.

 “Jadi, saat saya mulai keluar fokus tinggal melihat catatan itu lagi. Kemudian bisa kembali ke fokus awal tulisan dengan mudah,” ucap mahasiswi jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Batam itu. 

Ilmu tersebut pun sudah Agnes terapkan untuk membuat esai bertema budaya. Meskipun sempat bingung ketika menentukan bagian pembuka tulisan, Agnes dapat menyelesaikannya dengan baik. 

Bahkan, tulisan esainya dinobatkan sebagai tulisan terbaik di antara 62 orang Beswan Djarum yang mengikuti Leadership Development batch IV tersebut. 

Untuk diketahui, Djarum Beasiswa Plus merupakan program beasiswa prestasi milik Djarum Foundation sebagai wujud peran aktifnya dalam memajukan pendidikan Indonesia. Setiap tahunnya, beasiswa ini menyeleksi 500 mahasiswa berprestasi untuk mendapatkan dana pendidikan selama satu tahun. 

Selain itu, para penerima beasiswa juga mendapatkan berbagai macam pelatihan soft skill atau keterampilan lunak. 

Pelatihan tersebut meliputi, Character Building, Leadership Development, Competition Challenges, International Exposure, serta Nation Building. 

Dengan perpaduan soft skill dan kemampuan menulis kritis yang diberikan tersebut, para penerima beasiswa diharapkan dapat menjadi pemimpin masa depan yang cakap dan mampu menyampaikan setiap gagasannya dengan baik. (*)


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tips dan Trik Menulis Kritis ala Margareta Astaman", https://edukasi.kompas.com/read/2020/02/14/19030061/tips-dan-trik-menulis-kritis-ala-margareta-astaman.

Cara Mudah Belajar Menulis yang Baik


Artikel Terkait