Oleh: Galluh Tiara Al Husna dkk

MAHASISWA BARU VS FOMO DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI KOMUNIKASI

                                                       ABSTRAK

Remaja generasi milenial merupakan remaja yang tumbuh di zaman yang telah terdigitalisasi dan saling terhubung satu dengan yang lain. Perkembangan teknologi berakibat pada tidak dapat dipisahkannya generasi milenial pada penggunaan teknologi terutama media sosial yang terus berkembang pesat, sehingga mengakibatkan para remaja tersebut menjadi kelompok yang paling terpapar oleh dampak media sosial. Terlebih kehidupan mahasiswa yang tidak dapat terlepas dari bertemu dan mengenal banyak orang dengan karakteristik dan latar belakang yang berbeda yang dapat menyebabkan muncul semacam ketakutan ketika orang lain memiliki pengalaman yang lebih menyenangkan atau berharga dari diri kita. Fenomena ini ditandai dengan keinginan untuk terus terhubung dengan kegiatan atau hal apa yang dilakukan orang lain di media sosial sehingga menimbulkan kegelisahan pada diri mereka dan berujung pada sebuah kecemasan, yaitu kecemasan akan kehilangan momen, dimana setiap keputusan individu untuk tidak berpartisipasi atau tidak melakukan suatu kegiatan adalah pilihan yang salah. Fenomena ini disebut dengan FoMO atau Fear of Missing Out. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak akibat FoMO pada Mahasiswa Baru. Hasil penelitian menunjukan bahwa kecemasan atau ketakutan akan kehilangan suatu momen pada Mahasiswa Baru sebagai masa transisi masa pelajar SMA ke masa perkuliahan muncul akibat tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis sesorang akan relatedness dan self-esteem, dimana individu tidak memiliki kedekatan dengan orang lain dan perasaan kurang nyaman akibat tidak terpenuhinya keinginan dirinya sendiri. 

Kata Kunci : Remaja; FoMO (Fear of Missing Out); Mahasiswa baru; Media Sosial; Psikologi Komunikasi

                                                     PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan teknologi menjadikan internet sebagai alat komunikasi yang paling utama melatarbelakangi perubahan bentuk komunikasi dari konvensional menjadi bentuk yang lebih modern dan serba digital seperti sekarang. Media sosial adalah media komunikasi internet yang memberi kebebasan kepada seluruh penggunanya untuk mengekspresikan diri mereka dengan membagikan kegiatannya dan berinteraksi dengan pengguna media sosial lainnya untuk membentuk suatu ikatan sosial. Kehidupan Mahasiswa Baru yang merupakan masa-masa perkenalan akan kehidupan perkuliahan dan lingkungan pertemanan yang baru dapat berubah menjadi sebuah kegelisahan apabila individu tersebut tidak dapat menahan diri dari lingkungannya. Perasaan gelisah dapat terjadi ketika individu mendengar atau melihat suatu kegiatan orang lain yang terkesan lebih menyenangkan dan keren dari kegiatan yang dilakukan diri mereka. Hal tersebut membuat mereka tidak dapat berhenti melihat seluruh aktivitas orang lain di media sosial. Keadaan seperti ini disebut dengan FoMO (Fear of Missing Out) yaitu keadaan seseorang mempresepsikan bahwa pengalaman orang lain lebih baik dari dirinya. Mahasiswa yang sering melihat atau mendengar keberhasilan hidup yang dialami oleh sesama teman atau mahasiswa lainnya dapat berpengaruh terhadap kondisi psikis dirinya dengan berambisi terlalu tinggi dengan memaksa diri melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka sukai. FoMO pada Mahasiswa Baru dapat juga dapat mengakibatkan dirinya mengalami perasaan rendah diri dan menurunnya rasa percaya diri hingga mengakibatkan depresi karena “merasa” takut akan dihakimi oleh orang lain akibat tertinggal suatu momen. Rasa puas akan kebutuhan yang cenderung rendah dan kurangnya apresiasi pada diri mereka dapat berimbas pada kehidupan mereka dalam bersosial dimasyarakat dan di kampus. Kehidupan mahasiswa tentu tidak bisa terpisahkan dari smartphone dan media sosial, namun bagi mahasiswa yang telah terdampak FoMO, dirinya akan terus merasa ada yang kurang jika tidak tahu tentang berita terbaru terlebih apabila ada teman yang mempertanyakan mengapa ia tidak mengetahui berita terbaru. Dampak negatif dari FoMO bagi Mahasiswa Baru adalah permasalahan pada pengakuan identitas diri, cenderung merasa kesepian, perasaan kurang percaya diri akut, perasaan terpinggirkan, dan iri hati. Untuk menangani hal tersebut, seseorang tidak harus meninggalkan media sosial mereka, namun dapat tetap terhubung dengan orang-orang yang memiliki tujuan dan perasaan ingin berkembang kearah yang sesuai dengan dirinya agar seseorang tidak merasa sendirian. Selain itu, perlunya kesadaran untuk dapat mengganti pola pikir dan menyadari bahwa setiap kehidupan sebagai individu tidak dapat hanya diukur oleh satu hal dan kita tidak dapat memaksa suatu hal agar sesuai dengan diri masing-masing individu karena setai individu memiliki karakteristik serta kelebihan yang berbeda-beda.

                                             METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Pembagian kuesioner dilakukan tanggal 24 September - 26 september 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengetahui seberapa banyak dampak FoMO atau Fear of Missing Out terhadap Mahasiswa Baru. Objek penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi Universitas Mulawarman tahun 2022. Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah jumlah keseluruhan dalam satu wilayah yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dikaji dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel merupakan perwakilan dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun teknik pengumpul data pada penelitian kami terdiri dari data primer yang diambil langsung dilapangan untuk mengenal dampak FoMO dari Mahasiswa Baru, antara lain: 

a.) Kuesioner, yaitu dengan memberikan pertanyaan pada mahasiswa-mahasiswi Universitas Samarinda berupa daftar pertanyaan yang sudah dirumuskan sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghindari penyimpangan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada sehingga responden dapat memilih salah satu dari jawaban yang sesuai keadaannya dengan benar dan terarah. 

b.) Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data berupa arsip-arsip, dokumen, surat keputusan, rekaman suara dan foto yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

                                               HASIL PENELITIAN

Dari pembagian kuesioner yang dibagikan pada Mahasiswa Baru, disimpulkan bahwa 46% dari jawaban mereka menyatakan benar mengalami ciri-ciri terdampak FoMO, yaitu:

1. 70% Mahasiswa tidak dapat terlepas dari media sosial. 

2. 50% Mahasiswa merasa cemas dan khawatir ketika ada individu yang lebih unggul dibanding dirinya.

3. 20% Mahasiswa merasa perlu membagikan pengalaman dan kegiatannya agar terlihat update dan tidak ketinggalan.

4. 42% merasa takut ketinggalan berita.

5. 36% berambisi terlalu tinggi dengan memaksa diri mengikuti kegiatan yang kurang mereka sukai.

6. 68% perasaan khawatir tentang apa yang orang lain presepsikan atau pikirkan tentang dirinya.

Dikatakan bahwa Fear Of Missing Out (FoMO) dapat mempengaruhi proses pembuatan dan penentuan keputusan pada diri seseorang. Penelitian kami mengeksplorasi pengukuran FoMO, dengan berfokus pada pengembangan skala dan validasi. Menghitung skor indikasi FoMO pada setiap responden, menghitung pengaruh penggunaan media sosial pada FoMO dan dapat disimpulkan bahwa penggunaan media sosial mempengaruhi tingkat FoMO pada seseorang. Sejalan dengan hasil penelitian kami tersebut, penelitian sebelumnya yang mengangkat teman mengenai FoMO juga menunjukkan bahwa FoMO sangat berhubungan dengan penggunaan media sosial (Przybylski: 2013) dan keadaan sosial sekitar.

                                                        PEMBAHASAN 

Lembaga independen kesehatan masyarakat di Inggris, RSPH (Royal Society of Public Health) mensurvei pengguna media sosial. Dari survey tersebut mengatakan bahwa sekitar 40% dari pengguna media sosial adalah telah terdampak FoMO. Pada 2013 lalu, FoMO dipublikasikan dijurnal Computers In Human Behavior, dimana hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa sampel objek yang berusia dibawah 30 tahun memiliki kecenderungan tertinggi mengalami FoMO, dimana rentan usia tersebut masuk kedalam usia Mahasiswa. FoMO dapat terjadi diberbagai aspek kehidupan, termasuk aspek akademis, non akademis, kegiatan organisasi dan aspek kehidupan lainnya. Mahasiswa Baru yang terdampak FoMO menganggap bahwa dirinya harus terus melakukan hal yang dilakukan oleh orang lain agar tidak tertinggal suatu momen. Padahal semua orang memiliki kelebihan, kekurangan dan kepribadian yang berbeda-beda sehingga tidak dapat disamaratakan. Dalam perspektif Psikologi Komunikasi, FoMO merupakan dampak dari penggunaan teknologi berupa sosial media. Mahasiswa Baru dihadapkan pada keterbukaan akan hal-hal yang dilakukan oleh teman, saudara atau kerabat disekelilingnya. Terlebih Mahasiswa Baru identik dengan kehidupan baru serta perasaan rasa ingin tahu akan banyak hal, yaitu pada faktor akademis hingga pertemanan sehingga Mahasiwa Baru rentan sekali terkena dampak dari FoMO. Perasaan yang timbul akibat FoMO adalah rasa ingin serta berpartisipasi pada setiap jenis kegiatan yang dilakukan orang lain untuk mencari validasi bahwa dirinya merupakan orang-orang yang update akan hal-hal baru dan keren. Penggunaan media sosial yang berlebihan akan memperparah fenomena FoMO pada seseorang. Hal ini dikarenakan media sosial memberikan ruang yang bebas untuk seseorang membandingkan kehidupan pribadinya dengan kehidupan orang lain yang terkesan lebih keren dan menyenangkan sehingga memberi kesan bahwa kehidupannya lebih rendah. DeHaan dan Gladwell (2014) menyatakan penggunaan media sosial tertinggi adalah para remaja dan dewasa awal seperti mahasiswa. Pada usia tersebut, remaja akan sangat rentan ketergantungan pada internet. Hal ini diakibatkan faktor kehidupan masa kini, dimana hampir seluruh informasi mengenai aktivitas orang lain telah terdigitalisasi dan memberi akses yang bebas dan tidak terbatas setiap waktunya. Selain itu, FoMO seringkali terjadi pada usia ini akibat fase transisi masa remaja menuju masa awal dewasa yang sedang mengalami banyak dinamika psikologis dalam dirinya. Terlebih mahasiswa yang tidak dapat terpisahkan dari internet untuk memenuhi kebutuhan akan informasi terbaru terkait akademis dan kebutuhan media sosial yang telah menjadi lifestyle. Mahasiswa baru yang memiliki kecenderungan terdampak FoMO akan kesulitan memanajemen waktu, baik dalam aspek akademis maupun nonakademisnya. Hal ini diakibatkan gejala gangguan psikologis seperti stress, merasa kesepian, kurangnya rasa percaya diri, dan obsesi yang berlebihan untuk menjadi sempurna dalam segala aspek yang akan menggangu dirinya. 

Psikologi merupakan ilmu yang mengkaji dan mempelajari mengenai perilaku manusia. Psikologi menjadikan manusia sebagai subjek utama komunikasi yang memerankan peran inti pada proses pertukaran ide dan informasi yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan maupun budaya (Maulana & Gumelar, 2013). Sedangkan psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha untuk menganalisis dan mengendalikan kondisi psikis atau mental seseorang serta menjalin komunikasi yang efektif untuk mengatasi masalah-masalah dalam komunikasi dengan fokus pada memberi tanggapan dan solusi yang sesuai. Berdasarkan teori psikoanalisis, seseorang dapat mengalami FoMO didasari oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu berupa keinginan terus-menerus yang timbul dari diri individu untuk tidak tertinggal akan suatu hal atau suatu momen. Sedangkan factor eksternal, yaitu dengan melihat atau mendengar kegiatan dan keberhasilan orang lain. Faktor eksternal sangat rentan mempengaruhi faktor internal seseorang dikarenakan perasaan, emosi, dan karakter seseorang dapat dengan mudah dipengaruhi oleh kondisi sosial di sekitarnya. Mahasiswa Baru yang melihat prestasi teman sebaya yang lebih unggul dibanding dirinya, maka ia akan merasa kurang percaya diri. Hal ini juga membuktikan tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis berupa relatedness dan self-esteem menjadi pengaruh utama kecenderungan FoMO. Memperlakukan FoMO sebagai penghalang dan tantangan dalam sosial pendidikan sangat diperlukan di kalangan anak muda terutama Mahasiswa Baru yang memiliki ambisi akan kegiatan atau pengetahuan yang dinilai impulsif, penggunaan perangkat elektronik modern yang tidak kritis dan adiktif dapat merusak psikologisnya. Berdasarkan perspektif psikologi komunikasi, cara untuk meminimalisir kecenderungan FoMO adalah mengubah mindset individu bahwa semua individu memiliki keunikan dan perbedaannya masing masing, sehingga seeorang akan menjadi dirinya sendiri tanpa memperdulikan apa yang dipandang orang lain tentang dirinya.   Memberi batasan atau kontrol pada waktu menggunakan media sosial dapat melalui dukungan aplikasi, situs web pemblokir kecanduan dan pengingat menjadi hal yang paling efektif. Memberi jeda pada setiap kegiatan di media sosial dan menikmati waktu pribadi atau waktu bersama keluarga serta dapat memberi sugesti pada diri sendiri bahwa kita sedang berada disini dan disaat ini, untuk menikmati momen-momen sekitar, menikmati berjalannya suatu proses dan perlahan mencari tahu batasan diri serta menerima kenyataan, hal ini pada saat yang sama dapat meningkatkan kehidupan kita sendiri. Sehingga dapat mengembangkan sikap lebih bersyukur dan mengembangkan sikap senantiasa percaya bahwa kita memiliki banyak kelebihan yang berbeda dengan orang lain.

                                                           KESIMPULAN

FoMO adalah kondisi psikis seseorang mengalami gangguan berupa kecemasan sosial akibat terjalinnya komunikasi di media sosial yang ditandai dengan keinginan untuk terus memantau apa yang dilakukan orang lain agar dirinya tidak merasa kehilangan suatu momen.  Kehidupan Mahasiswa Baru sangat rentan terkena dampak FoMO, dikarenakan dirinya bertemu dengan lingkungan sosial baru, dimana orang-orang yang ditemui memiliki kompetensi dan latar belakang hidup yang berbeda. Akses penggunaan sosial media juga sangat berpengaruh pada diri seseorang terkena FoMO. Penggunaan media sosial yang berlebihan akan memperparah dampak FoMO pada seseorang, karena media sosial memberikan ruang yang bebas untuk seseorang membandingkan kehidupan pribadinya dengan kehidupan orang lain yang terkesan lebih keren dan menyenangkan sehingga menganggap bahwa kehidupannya lebih rendah. Berdasarkan teori psikoanalisis, seseorang dapat mengalami FoMO didasari oleh beberapa faktor, yaitu pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu berupa keinginan terus-menerus dari diri individu untuk tidak tertinggal akan suatu hal. Sedangkan faktor eksternal, yaitu dengan melihat atau mendengar kegiatan dan keberhasilan orang lain. Sehingga diperlukannya control pada diri untuk membatasi penggunaan media sosial dan memperbanyak rasa syukur akan segala kelebihan dan kekurangan yang kita miliki.

                                                     DAFTAR PUSTAKA

Dyah, Ika, et al. Buku Ajar. 2015.

Wahyu, Sri. 2013. Metode Penelitian Studi Kasus Konsep, Teori Pendekatan Psikologi.

Cahyadi, Andi. Gambaran Fenomena Fear of Missing Out (FoMO) Pada Generasi Z Di Kalangan Mahasiswa

Abed, M.A., Hall, L.A., & Moser, D.K. (2011). Spielberger’s State Anxiety Inventory: Development of A Shortened Version For Critically Ill Patients. 

Baumeister, R., & Leary, M. (1995). The Need to Belong: Desire for Interpersonal Attachments As A Fundamental Human Motivation. Psychological Bulletin.


Artikel Terkait