Berita  

Akibat Kebijakan Full Day School terhadap Mutu Pembelajaran

Full Day School: Ketika Durasi Tak Menjamin Kualitas Pembelajaran

Kebijakan Full Day School (FDS) digulirkan dengan niat mulia: meningkatkan mutu pendidikan melalui penambahan jam belajar di sekolah. Harapannya, waktu yang lebih panjang akan memberi ruang lebih untuk pendalaman materi, kegiatan kokurikuler, dan pembentukan karakter. Namun, di balik optimisme tersebut, muncul kekhawatiran serius bahwa durasi yang lebih panjang justru dapat menjadi bumerang bagi kualitas pembelajaran itu sendiri.

Salah satu akibat paling nyata adalah beban fisik dan mental yang berlebihan pada siswa. Jam sekolah yang panjang, seringkali tanpa variasi aktivitas yang memadai atau jeda istirahat yang cukup, dapat memicu kelelahan, kejenuhan, dan stres. Kondisi ini secara langsung menggerus konsentrasi dan daya serap materi. Alih-alih belajar lebih mendalam, siswa justru rentan kehilangan fokus dan hanya mengikuti pembelajaran secara pasif, bahkan terpaksa, tanpa pemahaman yang substansial.

Dampak juga merambah ke kualitas interaksi dan materi pembelajaran. Guru dihadapkan pada tantangan besar untuk menjaga antusiasme dan engagement siswa selama berjam-jam. Tanpa perencanaan kurikulum yang inovatif, metode pengajaran yang variatif, serta dukungan fasilitas memadai, penambahan jam pelajaran berisiko menjadi sekadar pengisi waktu. Ini bisa mengarah pada pembelajaran yang repetitif, kurang eksploratif, dan mengabaikan pengembangan berpikir kritis atau kreativitas, karena fokus utama adalah "menghabiskan" jam.

Lebih jauh, FDS dapat membatasi ruang pengembangan holistik siswa. Waktu untuk berinteraksi dengan keluarga, mengeksplorasi minat di luar akademik (ekstrakurikuler, hobi), atau sekadar bermain dan beristirahat menjadi sangat berkurang. Padahal, aspek-aspek ini esensial untuk pembentukan karakter, kecerdasan emosional, kemandirian, dan keseimbangan hidup anak. Kurangnya waktu untuk refleksi diri dan aktivitas di luar sekolah justru dapat menghambat proses internalisasi pembelajaran dan pengembangan potensi diri secara menyeluruh.

Singkatnya, kebijakan Full Day School, tanpa evaluasi mendalam dan implementasi yang bijaksana, berpotensi menjadi bumerang bagi mutu pembelajaran. Durasi yang lebih panjang bukanlah jaminan kualitas. Peningkatan mutu sejati membutuhkan kurikulum yang relevan, metode pengajaran yang inovatif, guru yang berkualitas, serta lingkungan belajar yang mendukung kesejahteraan fisik dan mental siswa. Tantangannya bukan hanya berapa lama siswa di sekolah, tetapi bagaimana setiap menit di sana benar-benar bermakna dan berdaya guna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *