Mengapa Politik Identitas Masih Menjadi Senjata Utama dalam Pemilu

Identitas di Bilik Suara: Mengapa Politik Jati Diri Tetap Jadi Senjata Utama Pemilu?

Dalam lanskap politik modern, fenomena politik identitas tak pernah lekang oleh waktu, bahkan cenderung semakin menguat sebagai senjata utama dalam setiap kontestasi pemilu. Mengapa strategi yang berpusat pada penggalangan dukungan berdasarkan kesamaan agama, suku, gender, atau kelompok sosial ini masih begitu efektif?

Pertama, naluri dasar manusia akan afiliasi dan rasa memiliki. Manusia adalah makhluk sosial yang secara alami mencari kelompok tempat mereka merasa aman, dipahami, dan diakui. Politik identitas memanfaatkan kebutuhan fundamental ini dengan menciptakan "kita" yang kuat dan solid, serta "mereka" yang berbeda atau bahkan berpotensi mengancam. Rasa kebersamaan ini memicu loyalitas emosional yang seringkali lebih kuat daripada pertimbangan rasional terhadap program kerja atau rekam jejak.

Kedua, penyederhanaan narasi politik. Di tengah banjir informasi dan isu-isu yang kompleks, politik identitas menawarkan jalan pintas yang mudah dipahami. Alih-alih harus memahami kebijakan ekonomi atau visi pembangunan yang rumit, pemilih cukup mengidentifikasi diri dengan kelompok tertentu dan memilih kandidat yang merepresentasikan identitas tersebut. Ini mengurangi beban kognitif dan membuat pilihan terasa lebih jelas, bahkan jika itu berarti mengabaikan isu-isu substantif.

Ketiga, amplifikasi oleh media sosial dan "echo chamber". Era digital mempercepat penyebaran narasi identitas. Algoritma media sosial cenderung menyajikan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, menciptakan "gelembung" atau "echo chamber" di mana pandangan identitas kelompok terus-menerus diperkuat, sementara informasi yang bertentangan disaring. Ini membuat polarisasi semakin dalam dan keyakinan identitas semakin mengakar, menjadikan mobilisasi berdasarkan identitas jauh lebih mudah dan cepat.

Keempat, opportunisme politik. Bagi sebagian politisi, memanfaatkan identitas adalah cara tercepat dan termudah untuk mengkonsolidasi dukungan. Daripada membangun basis massa melalui kerja keras dan program yang komprehensif, mengobarkan sentimen identitas seringkali dianggap lebih efisien untuk menarik suara dari kelompok target yang sudah memiliki kesamaan.

Singkatnya, politik identitas tetap menjadi senjata utama karena kemampuannya menyentuh emosi dasar manusia, menyederhanakan pilihan politik, dan diperkuat oleh lanskap media modern. Meskipun efektif dalam meraih kemenangan, penggunaannya seringkali mengorbankan persatuan sosial dan fokus pada debat isu-isu substantif yang sesungguhnya dibutuhkan untuk kemajuan bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *