Ketika Identitas Menjadi Senjata: Ancaman Sektarianisme di Negara Multikultural
Politik sektarian adalah pemanfaatan identitas kelompok (agama, etnis, suku, atau ideologi) untuk kepentingan politik dan kekuasaan. Di negara-negara multikultural, di mana keragaman adalah pondasi, praktik ini adalah bahaya laten yang mengancam keutuhan dan kedamaian.
Ia bekerja dengan menonjolkan perbedaan, menciptakan loyalitas buta terhadap kelompok sendiri, dan memandang kelompok lain sebagai lawan atau ancaman. Retorika polarisasi, penyebaran hoaks, dan mobilisasi massa berbasis identitas menjadi alat utamanya untuk memecah belah masyarakat.
Dampaknya fatal: merusak kohesi sosial, melumpuhkan tata kelola pemerintahan yang adil, memicu diskriminasi, ketidakadilan, hingga konflik fisik yang berujung pada kekerasan dan hilangnya nyawa. Pembangunan terhambat, hak asasi manusia terabaikan, dan kepercayaan publik terhadap institusi negara runtuh.
Sektarianisme seringkali tidak meledak dalam konflik terbuka secara instan. Ia bersemayam di bawah permukaan, menggerogoti toleransi dan saling pengertian secara perlahan, menunggu celah untuk dieksploitasi oleh aktor politik oportunis. Inilah yang membuatnya menjadi "bom waktu" yang bisa diledakkan kapan saja, mengubah keberagaman menjadi bibit perpecahan.
Maka, politik sektarian adalah musuh utama keberagaman. Membutuhkan kewaspadaan kolektif, komitmen kuat terhadap inklusivitas, keadilan, penegakan hukum yang imparsial, serta penguatan identitas nasional di atas identitas kelompok. Hanya dengan itu, negara multikultural dapat menjaga keutuhan dan kedamaiannya dari ancaman senyap ini.