Mengurai Benang Kusut: Faktor-faktor Pemicu KDRT yang Kerap Terabaikan
Rumah seharusnya menjadi benteng perlindungan dan sumber kedamaian. Namun, bagi banyak individu, ia berubah menjadi arena kekerasan. Angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang tinggi bukanlah fenomena tunggal, melainkan hasil interaksi kompleks berbagai faktor yang sering kali terabaikan. Menguak akar masalahnya adalah langkah pertama untuk mengatasinya.
Berikut adalah faktor-faktor utama yang mendorong tingginya angka KDRT:
-
Dominasi Nilai Patriarki dan Stereotip Gender: Masyarakat yang masih menganut kuat sistem patriarki sering menempatkan laki-laki dalam posisi superior dan perempuan dalam posisi subordinat. Ini menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan yang bisa memicu perilaku kontrol dan kekerasan. Stereotip bahwa "urusan rumah tangga adalah pribadi" juga menghambat pelaporan dan intervensi.
-
Tekanan Ekonomi dan Ketergantungan: Kemiskinan, pengangguran, atau kesulitan finansial dapat meningkatkan stres dalam rumah tangga, yang pada gilirannya memicu konflik dan kekerasan. Ketergantungan ekonomi korban pada pelaku juga seringkali menjadi alasan mengapa korban sulit meninggalkan situasi yang tidak aman.
-
Penyalahgunaan Zat dan Masalah Kesehatan Mental: Konsumsi alkohol atau narkoba dapat menurunkan ambang batas kesabaran dan kontrol diri, meningkatkan risiko perilaku agresif. Demikian pula, gangguan kesehatan mental yang tidak ditangani baik pada pelaku maupun korban dapat memperparah dinamika kekerasan.
-
Siklus Kekerasan dan Trauma Masa Lalu: Individu yang tumbuh di lingkungan penuh kekerasan (baik sebagai korban maupun saksi) cenderung menginternalisasi kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah atau bentuk ekspresi. Mereka mungkin mengulang pola tersebut dalam hubungan dewasa mereka, melanjutkan siklus trauma dari generasi ke generasi.
-
Kurangnya Edukasi dan Kesadaran Hukum: Minimnya pemahaman tentang hak-hak individu, batasan-batasan dalam hubungan, serta prosedur hukum untuk melaporkan KDRT membuat korban merasa tidak berdaya. Lemahnya penegakan hukum atau stigma sosial terhadap korban juga berkontribusi pada keengganan untuk mencari bantuan.
KDRT adalah masalah berlapis yang membutuhkan pendekatan holistik. Memahami akar masalah ini penting untuk merumuskan solusi yang efektif, mulai dari pendidikan yang mengubah pola pikir, pemberdayaan ekonomi, penegakan hukum yang tegas, hingga dukungan psikologis yang komprehensif, agar setiap rumah benar-benar menjadi tempat yang aman dan damai bagi setiap penghuninya.