Jerat Narkoba: Bukan Sekadar Kejahatan, Ada Luka Sosial Ekonomi di Baliknya
Tindak pidana narkoba adalah masalah kompleks yang merongrong sendi-sendi masyarakat. Di balik angka penangkapan dan barang bukti sitaan, seringkali tersembunyi faktor-faktor pendorong yang tak kasat mata: kondisi sosial ekonomi. Kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan menjadi lahan subur bagi penyebaran serta keterlibatan dalam jaringan narkotika.
Faktor Ekonomi: Desakan kebutuhan hidup yang ekstrem seringkali mendorong individu untuk mencari jalan pintas. Iming-iming keuntungan besar dari penjualan atau distribusi narkoba, meski berisiko tinggi, menjadi godaan bagi mereka yang putus asa mencari nafkah. Kurangnya akses pendidikan dan keterampilan juga mempersempau peluang kerja halal, menjadikan individu rentan direkrut oleh sindikat narkoba sebagai kurir atau pengedar.
Faktor Sosial: Lingkungan sosial yang rapuh turut berperan. Disintegrasi keluarga, kurangnya pengawasan orang tua, serta tekanan kelompok sebaya (peer pressure) dapat menjerumuskan seseorang ke dalam penyalahgunaan atau perdagangan narkoba. Ditambah lagi, minimnya fasilitas rekreasi positif, rendahnya kesadaran hukum, dan lemahnya ikatan komunitas membuat individu lebih mudah terjerumus dalam lingkaran kejahatan narkoba.
Dengan demikian, penanganan tindak pidana narkoba tidak bisa hanya berfokus pada penegakan hukum. Pendekatan holistik yang menyentuh akar permasalahan sosial ekonomi—melalui peningkatan akses pendidikan, penciptaan lapangan kerja, penguatan struktur keluarga dan komunitas, serta pemerataan kesejahteraan—adalah kunci untuk memutus rantai jerat narkoba yang dipicu oleh keterpurukan sosial ekonomi.