Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda, Asli Nuryadin menuturkan, pendataan pernyataan orang tua tentang KBM tatap muka kini sedang berjalan.

Kadisdik Samarinda Jelaskan Soal Aturan Belajar Tatap Muka di Tengah Wabah Corona

ANALITIK.CO.ID, SAMARINDA - Meski wabah pandemi Covid-19 masih belum mereda, namun wacana kembali di bukanya dunia pendidikan terus menguat.

Jelang semester genap tahun akademik 2020/2021, Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) tatap muka akan kembali berjalan sesuai instruksi kementrian  di Jakarta yang baru beberapa waktu lalu mengumumkannya.

Tepatnya pada Jumat 20 November lalu yang diumumkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Rencananya, para peserta didik bisa kembali ke sekolah. Namun, tetap mengutamakan protokol kesehatan (prokes). 

Pembukaan sekolah juga berdasarkan keputusan pemerintah daerah (Pemda), komite sekolah dan izin dari wali murid. 

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda, Asli Nuryadin menuturkan, pendataan pernyataan orang tua tentang KBM tatap muka kini sedang berjalan. 

Meski sekolah di buka, belajar via daring juga masih menjadi alternatif selanjutnya.

Para wali murid yang masih khawatir dengan tatap muka dan tidak mengizinkan anaknya ke sekolah maka anaknya bisa menggunakan pembelajaran dalam jaringan (daring). 

Untuk skemanya, nanti setiap ruang kelas hanya diisi 18 murid, atau setengah dari jumlah murid yang ada. Sisanya akan melaksanakan belajar secara bergantian. Seluruh teknis jadwal pembelajaran nantinya akan diserahkan ke sekolah masing-masing. 

"Kalau hari ini kelas A turun, besoknya kelas B. Bisa juga turunnya tiga hari berturut-turut atau bisa selang-seling. Bagusnya sih selang-seling," kata Asli, Sabtu (28/11/2020) sore tadi. 

Sedangkan para murid yang tidak dijadwalkan turun ke sekolah bisa melakukan belajar dari rumah secara daring.

 Penggunaan aplikasi untuk belajar daring juga masih menggunakan aplikasi Samarinda Smart Edu (SSE). 

"Jadi yang di rumah itu sudah dikasih tugas dan bisa menyelesaikan di rumah. Belajarnya juga lewat daring saja. Bisa pakai aplikasi yang disediakan atau bisa pakai Zoom, Google Met atau lainnya," terangnya. 

Bukan hanya untuk menerapkan prokes saja. Kapasitas kelas yang hanya diisi setengah dari jumlah siswa itu juga untuk mengakomodir ruang kelas yang terbatas. 

"Rumusnya kalau semua tatap muka, kelas itu harus ditambah 100 persen, dua kali lipat. Gurunya juga begitu harus nambah. Itu kan engga mungkin," imbuh Asli. 

Asli menambahkan, jam setiap pelajaran juga rencananya akan dipangkas. Dari 45 menit, menjadi 20 menit. Hal itu untuk bisa meringankan beban tenaga pengajar yang harus mengisi dua kelas secara bergantian. 

"Jadi tetap sama saja ngajarnya. Karena kalau dikali dua, jam mengejarnya tetap juga, hanya muridnya yang bergantian. Teratasi juga semua," tambahnya. 

Disinggung soal beberapa sekolah yang masih menumpang di gedung sekolah lain, Asli menjelaskan hal itu tetap tidak mengganggu KBM tatap muka. 

Perbedaannya, hanya pada waktu pembelajaran. Sekolah yang menumpang, akan belajar pada siang hari. 

"Sama aja, mereka tetap jalan. Cuma turunnya siang. Pagi SD, siang SMP.

Fasilitas pendidikan kita bisa saja jalan. Nggak ada masalah insyaallah guru bisa menyesuaikan," tukasnya. (*) 


Artikel Terkait