Sopir layanan jasa taksi Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto keluhkan penutupan operasional bandara yang sudah berjalan 3 hari.

Gegara Operasional APT Pranoto Ditutup, Sopir Taksi Bandara Keluhkan Penghasilan Menurun

ANALITIK.ID, SAMARINDA - Sopir layanan jasa taksi Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto keluhkan penutupan operasional bandara yang sudah berjalan 3 hari.

Terhitung sejak Rabu, 20 November hingga 15 Desember 2019 yang akan datang, Bandara APT Pranoto Samarinda tutup dikarenakan adanya perbaikan landasan pacu (taxiway) yang mengalami kerusakan di beberapa titik dan pemasangan sistem lampu runway Air Filed Lighting (AFL) sepanjang 2.250 meter.

Salah satu armada jasa pelayanan taksi bandara ini adalah Sentra Taksi.

Yadi, supir sentra taksi yang sehari-harinya bertugas melakukan penjemputan atau pengantaran penumpang bandara mengutarakan tanggapannya. Dirinya sempat kebingungan saat mendengar kabar mengenai penutupan operasional bandara selama 25 hari.

“Itu ya kami kebingungan, yang pasti gak kerja, tunggu arahan aja dulu,” kata Yadi saat ditemui di bandara beberapa waktu lalu.

Sehari-harinya, supir taksi berwarna merah marun ini mangkal di Bandara APT Pranoto kurang lebih selama 11 jam, mulai dari jam 7 pagi hingga 6 sore.

Dengan sistem setoran, Yadi mendapat 2 sampai 3 rit perhari, tergantung jumlah pengunjung dan penumpang di terminal bandara. Satu kali perjalanan pengantaran, ia biasanya menarik tarif Rp 200ribu hingga Rp400 ribu. Karena operasional bandara tutup, ia sampai saat ini belum miliki rencana apa-apa. 

“Ya mau gimana lagi, belum ada rencana lain sih,” tambahnya.

Hal senada juga dirasakan oleh Haeruddin, supir taksi Angkasa Jaya yang akan menyesuaikan arahan dari pihak perusahaan atas penutupan bandara. Untuk menutupi kekurangan penghasilan selama penutupan, Haeruddin dan kawan-kawannya tetap beroperasi menarik penumpang di sekitar kota melalui aplikasi online.

“Yang punya aplikasi ya digunakan di kota, kalau tidak ada ya istirahat saja,” ucapnya.

Dengan rata-rata pendapatan bersih 3-4 rit perhari, penghasilan Haeruddin jika bandara aktif beroperasi, sekitar Rp560 ribu perharinya. Namun, ketika ditanya mengenai kerugian akibat penutupan bandara, ia belum tau persis berapa jumlahnya. 

“Ada sih rugi, dampaknya mungkin setoran ke pemilik taksi berkurang, ” tuturnya.

Dengan adanya penutupan operasional ini, mata pencaharian supir taksi yang mengangkut pengguna jasa bandara, tentunya akan kehilangan penumpang. Namun, dari semua keluhan akibat penutupan bandara ini, pihak jasa layanan taksi bandara tetap mendukung keberlangsungan operasional bandara terutama perbaikan untuk kenyamanan bersama. (*) 


Artikel Terkait