Kepergian mendiang balita Ahmad Yusuf Ghazali masih membekas di benak kita.

Balita 3 Tahun Diduga Terseret Arus Banjir di Aliran Anak Sungai Karang Mumus

ANALITIK.CO.ID, SAMARINDA - Kepergian mendiang balita Ahmad Yusuf Ghazali masih membekas di benak kita.

Bocah 4 tahun yang ditemukan tewas terseret arus banjir di saluran drainase.

Belum pudar kasus tersebut, keadaan serupa kembali terjadi dan menimpa seorang bocah bernama Raffa Ibrahim Hadiyanto di Jalan Jelawat, Gang Musi, RT 11, Kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir pada Rabu (3/9/2020) pukul 10.30 Wita pagi tadi usai hujan deras mengguyur Kota Tepian.

Tawa riang keluarga yang baru saja merayakan ulang tahun ke-3 bocah tersebut pada 20 Agustus silam berubah menjadi isak tangis yang tak tertahankan.

Raffa diduga tenggelam dan terseret arus banjir di aliran anak Sungai Karang Mumus (SKM) yang tepat berada di belakang kediaman neneknya.

Raffa merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, dari pasangan Risa Umami (35) dan Irian Hariyanto (36) yang bermukim di Jalan Padat Karya, Kecamatan Sambutan.

Kakak Raffa bernama Daffa Rafid Hadiyanto yang kini berusia 7 tahun.

“Anak ini dititipkan di rumah neneknya ini karena bapaknya mau berangkat ke Melak (Kutai Barat) sedangkan mamanya kerja sama-sama dengan saya di toko pancing,” ucap Halimah (27) selaku tante Raffa yang juga adik kandung dari Risa saat dijumpai awak media.

Ayah Raffa, kata Halimah, merupakan seorang sopir truk tangki yang kerap bekerja lintas kabupaten/kota maupun provinsi.

Karena kondisi pekerjaan kedua orang tuanya inilah yang membuat Raffa dan kakaknya sesekali dititipkan di kediaman neneknya itu. Raffa bersama kakaknya sendiri pagi tadi diantar langsung oleh sang ibu sekira pukul 06.30 Wita.

“Hari ini itu ada buleknya (adik Halimah) lagi libur kerja, jadi kebetulan bisa bantu jagain dia (Raffa). Kalau di sini banyak aja yang jaga dan semua sayang betul sama anak itu,” ucap Halimah dengan mata yang berkaca-kaca.

Sesaat sebelum Halimah bersama ibunda Raffa hendak berangkat bekerja, ia masih mengingat bocah itu hendak meminjam ponsel kakaknya.

Kemudian Raffa mengambil kudapan ringan di dalam tas ransel mungilnya yang memang selalu disediakan oleh sang ibu.

“Baru neneknya mau nyiapkan makan buat dia. Pas di cari anaknya sudah engga ada,” sambungnya.

Saat Raffa menghilang, kondisi pintu masuk rumah dalam keadaan tertutup dan terkunci rapat.

Di dalam rumah diketahui ada tiga orang dewasa, yakni nenek dan kakek serta adik kandung ibunda Raffa.

Mulanya balita ini dikira sedang bersembunyi, sebab ia kerap melakukan hal tersebut.

Namun setelah dicari-cari keberadaanya pun tak kunjung ditemukan, sampai keluarga mendapati pintu bagian belakang rumah dalam keadaan terbuka.

“Waktu itu hujan sudah berhenti. Di rumah ini ada lima orang. Saya lagi siapkan makannya jadi sudah engga sadar,” tutur Kholifah (60)  nenek dari balita Raffa.

Raffa terakhir terlihat menggunakan baju singlet hijau putih bercelana pendek putih.

Kala itu air dianakan sungai yang memiliki lebar sekitar dua meter ini sangat deras dan meluap hingga menggenang sebagian pemukiman warga.

Dari sinilah kuat dugaan muncul kalau Raffa terpeleset dan tercebur ke anak sungai di belakang kediaman neneknya, meski balita ini dikenal tak suka bermain banjir dan takut melihat aliran air deras.

Dugaan Raffa tercebur dan terseret arus banjir ini kemudian menyebar luas.

Pihak berwajib bersama sejumlah relawan langsung bergegas melakukan upaya pencarian. Ada yang menyusur aliran besar SKM, ada yang berjaga di depan pintu anak sungai dan sebagian lainnya melakukan penyisiran hingga menuju titik diduganya Raffa terjatuh.

“Dugaannya korban tercebur. Kami sudah melakukan olah TKP, menghimpun keterangan saksi dan memasang garis polisi,” singkat Kanit Inafis Polresta Samarinda, Ipda Yitno.

Hingga berita ini diturunkan pihak berwajib bersama relawan dan warga sekitar masih terus melakukan upaya pencarian menyusuri aliran anak sungai hingga ke aliran besar SKM dengan radius ratusan meter. (*)


Artikel Terkait