Meski berstatus milik Pemprov Kaltim, namun Pemkot Samarinda tetap wajib ikut memelihara aset daerah tersebut.

Andi Harun Menilai Jembatan Kembar Tak Hanya Berfungsi Pemecah Kemacetan Lalu Lintas Tapi Juga Jadi Ikon Baru Kota Samarinda

ANALITIK.CO.ID, SAMARINDA – Beberapa proyek bersumber dari dana APBD Pemprov Kaltim ada di Samarinda. 

Salah satunya Jembatan Mahakam IV atau yang sering disebut Jembatan Kembar. 

Jembatan yang dibangun sejak 2013 ini memang baru rampung pada akhir 2019 silam.

Meksi begitu, pembangunan yang digagas Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak itu memang sangat strategis. Utamanya untuk memecah kemacetan dan mengurangi beban Jembatan Mahakam I.

Meski berstatus milik Pemprov Kaltim, namun Pemkot Samarinda tetap wajib ikut memelihara aset daerah tersebut. Calon wali kota Samarinda nomor urut 2, Andi Harun menilai Jembatan Kembar tidak hanya berfungsi sebagai pemecah kemacetan lalu lintas.

Tapi juga menjadi ikon baru Kota Samarinda. 

Kata AH, sapaan akrabnya, keberadaan Jembatan Kembar menjadi simbol pengembangan Kota Samarinda ke arah Sungai Kunjang.

Apalagi di sekitar jembatan ini juga berdiri hotel bintang 4 dan mal terbesar di Kaltim, BIGMall.

Karena itu, AH, dalam program pembangunannya lima tahun ke depan akan menjadikan Sungai Kunjang dan sekitarnya sebagai daerah baru dalam pengembangan kota.

"Sehingga pembangunan tidak hanya menumpuk di pusat-pusat kota," ujarnya. 

Sementara itu, di sisi lain, Jembatan Kembar yang sudah setahun dilintasi, benar-benar mampu memecah kemacetan.

Dari kajian yang dilakukan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) diketahui bahwa  jika ditinjau dari lalulintasnya, semua jalan di sekitar jembatan sudah menunjukkan kinerja yang baik.

Bahkan pada prediksi (forecasting) 5 tahun kedepan pun masih dalam katagori baik dan lancer.

Meski masih ada beberapa masukan tentang penambahan rambu-rambu dan pengaturan lalulintasnya.

Meski begitu, dari sisi fisik jalan dan jembatannya perlu ada sedikit perbaikan desain. Misalnya sisi Jalan Slamet Riadi di ujung jembatan, saat  hujan terlihat genangan air.

Kondisi ini sangat mengganggu kendaraan yang mau naik ke jembatan. Demikian juga yang akan keluar ke jalan APT Pranoto.

Selain terjadi genangan juga perlu sedikit pelebaran sehingga tidak terjadi penyempitan jalan (bottleneck). 

Kajian ini dilakukan dosen dan mahasiswa tingkat akhir dari Jurusan Teknik Sipil, Program Studi Rekayasa Jalan  Jembatan Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) yang menjalankan salah satu program pengabdian masyarakat yang merupakan salah satu bagian dari tri dharma perguruan tinggi. (*) 


Artikel Terkait